RAHMAT sukacita panggilan religius kali ini datang dari Ordo Klaris Kapusines Singkawang (OSCCap).
Salah satu anggota biara rubiah Kontemplatif yang terletak di jantung kota “Seribu Klenteng” ini merayakan 40 tahun kaul membiara, tidak jauh dari Gereja Paroki Singkawang.
Namanya adalah Sr. Maria Skolastika OSCCap.
Suster berdarah Batak ini melangsungkan perayaan syukur pancawindu 40 tahun kaul membiara di Gereja Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang, Keuskupan Agung Pontianak, Kamis, 12 September 2019.
Sembilan imam
Misa syukur yang bernuansa inkulturasi adat Sumatera ini dipimpin oleh Minister Provinsial Kapusin Pontianak, Pastor Hermanus Mayong OFMCap didampingi sembilan orang imam.
Mereka adalah:
- Pastor Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang: Pastor Stephanus Gathot Purtomo OFMCap.
- Minister Novisiat Kapusin Gunung Poteng: Pastor Gabriel Marsel OFMCap.
- Pembimbing Rohani Seminari Menengah Santo Paulus Nyarumkop: Pastor Thomas Salimun Sarjumunarsa SJ.
- Beserta enam imam konselebran lainnya.
Ketika menyampaikan homili yang dibawakan dalam bentuk dialog, Minister Provinsial bertanya kepada Sr. Skolastika OSCCap, apa yang menjadi sumber kebahagiaannya dalam menjalani panggilan sebagai rubiah.
Dengan rona wajah sumringah, suster yang kini duduk di kursi roda ini menjawab dengan mantap bahwa sumber kebahagiaannya adalah Tuhan yang telah sudi memanggilnya menjadi suster dalam Ordo Klaris Kapusines.
Meskipun menyandang nama suster kontemplatif, yang akrab dengan suasana doa, keheningan dan matiraga, namun sukacita dan kegembiraan tak lekang dari raut wajahnya yang tak muda lagi.
“Saya tidak banyak mengenal orang, karena memang saya tinggal di biara kontemplatif. Namun saya sangat terharu karena begitu banyak orang datang menghadiri pesta ini, padahal saya tidak mengenal mereka dan mungkin mereka juga tidak mengenal saya,” ungkapnya.
Ketika ditanya pula apa tantangan yang dihadapi sebagai seorang rubiah yang tinggal di tembok biara, suster yang akrab disapa “Opung” (nenek) ini mengungkapkan bahwa terkadang muncul godaan juga untuk merasul di luar.
Namun ia sadar bahwa panggilan menjadi rubiah adalah panggilan khusus. Walaupun tidak bisa merasul di luar biara, namun ia merasul di dalam doa.
Berdoa untuk Gereja dan masyarakat
Dan melalui doa-doa ia boleh mengenal dan merangkul banyak orang.
Hadir memberikan kesaksian, keponakan Sr. Skolastika, Bapak Anis Sitohang.
Ia mengatakan bahwa banyak berkat berlimpah yang telah keluarga terima dari Tuhan dengan terpanggilnya Sr. Skolastika menjadi Suster Klaris.
“Saya tidak pernah ketemu dengan Sr. Skolastika, namboru kami ini, namun melalui doanya kami memperoleh berkat berlimpah serta kekayaan rohani. Semoga Sr. Skolastika menjadi berkat juga bagi banyak orang, melalui doa-doa suster,” pungkasnya.
Peneguhan serta dukungan disampaikan pula oleh Minister Provinsial Kapusin Pontianak, Pastor Hermanus Mayong OFMCap.
Imam Ordo Fransiskan yang akrab disapa Pastor Mayong ini mengungkapkan bahwa tidak gampang menjadi seorang pendoa seperti para suster Klaris ini.
Oleh karena itu panggilan para rubiah ini merupakan rahmat khusus. Mereka adalah permata Gereja yang ‘tersembunyi’; namun mampu menyemburkan bias cahayanya bagi banyak jiwa melalui lantunan doa-doa yang didaras tiada henti.
“Gereja sungguh ditopang oleh para pendoa. Dan kerasulan para suster Klaris yang sungguh istimewa ini menjadi harta Gereja yang patut kita syukuri,” paparnya.
“Setiap saat mereka mendoakan Gereja, umat Allah. Oleh karena itu ketika masuk ke kapel, mereka selalu menulis wujud-wujud doa, menulis nama orang-orang yang hendak didoakan. Mari dukung mereka juga melalui doa, dengan menambah jumlah para pendoa,” ajak Pastor Mayong.
Kredit foto: Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang.