Puncta 05.06.22
Hari Raya Pentakosta
Yohanes 14: 15-16. 23b-26
PERINGATAN Hari lahinya Pancasila dilakukan Presiden Jokowi di Ende, Flores, NTT, pada 1 Juni kemarin. Mengapa tidak di Jakarta?
Untuk mengingatkan semua warga bahwa gagasan awal tentang Pancasila didapatkan Soekarno saat dia diasingkan di Ende dari 14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1938.
Di kota Ende, ada sebuah taman yang sering digunakan Bung Karno untuk merenung. Taman itu disebut Taman Renungan Soekarno atau Taman Pancasila. Karena di taman itu, lahirlah butir-butir pemikiran tentang Pancasila.
Jokowi juga mengunjungi Serambi Soekarno yang berada di Biara St.Yosef Katedral Ende. Di sinilah Soekarno sering datang untuk membaca buku-buku di perpustakaan biara untuk mengisi waktu.
Soekarno juga sering berdiskusi dan berdialog dengan Pater Gerardus Huijthink SVD dan Pater Johanes Bouma SVD yang menjadi sahabatnya di pengasingan.
Soekarno merumuskan lima (Panca) prinsip atau azas (Sila) dalam berbangsa. Kita pantas bersyukur karena Pancasila menjadi dasar negara yang menyatukan semua golongan agama, ras, suku, bangsa.
Pancasila adalah Roh yang mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Hari ini, kita merayakan Hari Raya Pentokosta. Tuhan mencurahkan Roh Kudus kepada para rasul. Roh Kudus menyatukan semua orang dari berbagai bangsa untuk menyatu menjadi jemaat yang percaya kepada Yesus Kristus.
Boleh dikatakan hari inilah gereja lahir.
Roh Kudus dicurahkan kepada para rasul sehingga mereka bisa berbicara dengan segala bahasa.
Orang-orang dari mana-mana berkumpul untuk mendengarkan mereka berbicara tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.
Roh Kudus mempersatukan orang-orang dari berbagai bangsa, suku, dan bahasa.
Pancasila adalah anugerah Tuhan bagi Bangsa Indonesia. Kita yang berasal dari aneka suku bangsa, adat, agama dan budaya bisa hidup bersatu dalam payung Pancasila.
Pancasila adalah Roh yang mempersatukan kita semua.
Memperingati hari lahirnya Pancasila berarti juga memperingati semangat atau nilai-nilai dasar yang menyatukan kita.
Seperti kalau kita memperingati Pentakosta, kita memperingati pencurahan Roh Kudus yang melahirkan Gereja, persatuan orang-orang yang beriman pada Kristus.
Kalau tidak ada Pancasila, kita bisa tercerai berai. Kalau tidak ada Roh Kudus, kita tidak mungkin bersatu. Maka kita harus menjaga dan menghidupi Pancasila sebagai roh yang menyatukan bangsa.
Sebagaimana kita juga menjaga api Roh Kudus yang menyatukan kita sebagai Gereja.
Kita syukuri Roh Kudus yang membimbing Gereja. Kita syukuri Pancasila yang menuntun langkah kita sebagai bangsa yang bersatu.
NKRI sudah harga mati,
Pancasila harus terus dijaga.
Roh Kudus selalu di hati,
Tetap setia dalam Gereja-Nya.
Cawas, Datanglah ya Roh Kudus.