Home BERITA Pandawa Muksa

Pandawa Muksa

0
Kresna dan Pandawan by Media Indonesia

Puncta 12.11.21
PW. St. Yosafat, Uskup dan Martir
Lukas 17: 26-37

SETELAH perang Baratayuda, para Pandawa hidup dalam damai. Ketika sudah tiba saatnya Kerajaan Hastina diserahkan ke Parikesit, mereka meninggalkan kerajaan dan mengembara sambil berbuat baik bagi rakyat miskin untuk menebus dosa.

Dalam perjalanan mencapai muksa, Kresna bertanya kepada Bima bagaimana akhir hidupnya nanti.

Bima memberitahu bahwa Kresna tidak dapat muksa bersama para Pandawa, karena Kresna masih harus menebus dosanya yang banyak.

Bima membuka dosa apa saja yang dilakukan Kresna pada masa mudanya. “Malima, kabeh wis mbok lakoni” (bermacam-macam dosa telah kaujalani) kata Bima.

Dalam istilah Jawa, dosa malima adalah madhat (narkoba), madon (main perempuan), main (berjudi), maling (mencuri) dan minum (mabuk-mabukan).

Waktu menikahi isteri-isterinya (Jembawati, Rukmini dan Setyaboma), Kresna mencuri mereka dan kawin lari tanpa seizin orangtua mereka.

Kresna pernah melakukan perbuatan tercela, saat melindungi Samba, anaknya yang merebut isteri saudaranya, Bomanarakasura.

Samba dijuwing-juwing oleh Boma, dan Boma dibunuh oleh Kresna.

Waktu Perang Baratayuda, Kresna bertindak licik dan curang untuk memenangkan Pandawa. Kresna juga pernah membuang anaknya, Gunadewa, karena cacat fisiknya seperti kera.

Kresna nanti harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Ia akan mati di gurun pasir tak bertepi bersama Bangsa Yadawa dan Bangsa Wresni ketika mereka “lagi wuru waragang mendem ciu (sedang berpesta pora mabuk-mabukan).

Yesus mengingatkan pada murid-murid-Nya agar mereka belajar dari zaman Nabi Nuh dan pada masa Lot.

Pada zaman Nuh, semua sibuk makan-minum, kawin dan dikawinkan. Begitu pula pada zaman Lot, semua sibuk melakukan makan-minum, jual-beli, menanam dan membangun.

Semua sibuk dengan hal-hal duniawi. Semua akan binasa.

Hidup tidak boleh hanya berfokus pada saat ini. Tetapi kita harus mengarah pada hidup di masa depan yakni keabadian.

Kita mesti hidup dengan bijak, tidak tenggelam pada hal-hal duniawi, supaya ketika saatnya tiba, kita siap menghadapi panggilan Yang Mahakuasa.

Seperti Kresna, saat hidup ia terkenal dengan kedigdayaan, kawaskitan, olah kanuragan dan raja yang berkuasa.

Tetapi saat kematian tiba, ia mengalami kesengsaraan dan kepedihan yang memilukan.

Selagi kita masih punya waktu untuk mempersiapkan diri, marilah kita menyiapkan masa depan dengan baik dan bijaksana.

Apalah artinya kita memiliki seluruh dunia, jika kita kehilangan nyawa?

Lalu untuk apa harta dunia yang kita kumpulkan itu?

Sepanjang hari datang hujan,
Air mengalir memenuhi selokan.
Harta masa depan adalah kebaikan.
Cinta kasih adalah bekal kebahagiaan.

Cawas, selalu berbaik hati…

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version