INJIL hari ini (Lukas 10:25-37) tentang orang Samaria yang berbaik hati menampilkan kisah yang menarik dan kaya pesan. Sebagian dari kita mengerti ceritanya hingga cenderung kehilangan pesan pentingnya.
Bukankah orang kerap membacanya sebagai penonton? Orang menilai perilaku imam dan orang Levi itu. Keduanya melihat korban peampokan itu, tetapi melewatinya dari seberang jalan (Lukas 10:31.32).
Masing-masing rupanya mempunyai kesibukan atau tugas yang tidak bisa ditinggalkan. Namun demikian, mereka tahu bahwa Taurat mengajarkan supaya orang menolong sesama.
Mereka mengerti bahwa cinta kepada Tuhan mesti terwujud dalam cinta kepada sesama (Matius 22:37-39). Jadi, tidak ada alasan yang dapat membenarkan kelalaian mereka memperhatikan sang korban.
Ironis bahwa orang Samaria yang dianggap sebagai Yahudi tercemar justru menunjukkan belas kasih mendalam lewat tindakan konkret. Dia terpanggil untuk menolong sesamanya sesuai dengan kebutuhannya.
Peristiwa itu segera membangkitkan motivasi untuk bertindak sesuai dengan hukum Tuhan, yakni mencintai sesama. Baik ahli kitab maupun Yesus tahu bahwa tindakan itulah yang paling tepat. Maka Yesus bersabda, “Pergilah dan lakukanlah demikian.” (Lukas 10:37).
Imam dan kaum Levi yang melihat korban perampokan itu dan lewat di seberang jalan merepresentasikan begitu banyak manusia modern yang karena pelbagai alasan tidak bersedia membantu sesamanya. Mereka menjauh dari para korban di sekitarnya.
Sedangkan orang Samaria mewakili mereka yang peka akan kesulitan sesamanya dan mengambil langkah untuk menolong. Ketika berada dalam situasi serupa, apakah kita akan menggunakannya sebagai satu panggilan untuk berbelas kasih secara nyata.
Senin, 9 Oktober 2023