Puncta 01.08.21
Minggu Biasa XVIII
Yohanes 6: 24-35
“KAPAN Romo, kami boleh ikut misa pagi lagi?” pertanyaan seorang ibu yang selalu rajin mengikuti ekaristi.
“Romo kami sudah rindu menerima Tubuh Kristus,” kata seorang nenek yang selama masa PPKM darurat ini tidak bisa ke gereja.
Peserta misa pagi memang kebanyakan ibu-ibu dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Memang hanya itu-itu saja yang rajin datang.
“Rasanya bagi kami, ekaristi adalah kebutuhan romo. Ada sesuatu yang hilang kalau belum menyambut Tubuh Kristus.”
Ada juga yang mengatakan; “Ekaristi itu adalah daya kekuatan, di mana kami berjumpa dengan Tuhan dalam Komuni Suci.”
Saya kagum pada kesetiaan dan ketekunan nenek-nenek tua yang rajin mengikuti ekaristi.
Mereka pagi-pagi buta sudah mengayuh sepeda. Walaupun hari masih gelap namun hati mereka riang gembira bisa berjumpa dengan Tuhan di gereja.
Sementara orang lain masih tidur nyenyak, atau sibuk di dapur, ibu-ibu ini lebih mendahulukan ketemu Tuhan dalam ekaristi.
Mereka juga menjadi semangat bagi saya untuk setia dan tekun merayakan ekaristi tiap hari.
Dalam Injil, Yesus mengingatkan orang banyak.
“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu.”
Sabda Yesus ini searah dengan apa yang Dia katakan di padang gurun, “Manusia hidup bukan dari roti saja. Tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Kadang kita bekerja keras untuk mendapatkan roti duniawi. Namun ternyata ada roti yang jauh lebih tinggi nilainya, yakni roti surgawi atau “Panis Angelicus”.
Santo Thomas Aquinas sangat bagus menggambarkan perjumpaan manusia dengan Allah dalam lagu Panis Angelicus.
Ekaristi adalah tempat di mana manusia berjumpa dengan Allah, bersatu dengan Allah.
Istilah Jawa adalah “manunggaling kawula Gusti.”
Inilah esensi terdalam tujuan hidup manusia.
Sikap para ibu yang rindu ekaristi sebagai perjumpaan dengan Tuhan adalah cermin kerinduan semua orang. Orang-orang seperti ini sudah menyadari tujuan hidupnya.
Mereka adalah orang miskin dan sederhana yang sangat bersyukur karena dipersatukan dengan Tuhan.
“O Res Mirabilis, manducat Dominum. Pauper, servus et humilis.”
Oh Hal yang luar biasa. budak dan orang miskin dipersatukan dengan Tuhan. Inilah yang mengagumkan, kita orang berdosa boleh makan Tubuh Tuhan.
Jika kita memahami Ekaristi sebagai pemberian Diri Allah, kita pasti tidak akan meninggalkannya dengan alasan apa pun.
Jika kita datang kepada-Nya, Yesus akan memenuhi kelaparan dan kehausan kita.
“Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
Marilah sesering mungkin kita datang kepada-Nya dalam Ekaristi.
Tiap hari berjemur panas matahari.
Agar tubuh kuat untuk menangkal pandemi.
Ekaristi adalah makanan kita setiap hari.
Yang akan membuat hidup kita menjadi suci.
Cawas, tetap semangat Ekaristi.