Home BERITA Panorama Cinta, Mediasi Reminisensi Relasi Hidup Manusia (2)

Panorama Cinta, Mediasi Reminisensi Relasi Hidup Manusia (2)

0
Ilustrasi: Karena aku mencintaimu. (Ist)

CINTA merupakan ungkapan perasaan manusia yang memiliki nilai-nilai filosofis terhadap seseorang. Cinta tersebut mempunyai kekuatannya sendiri yang mampu menarik semua manusia untuk memikat kepada cinta tersebut.

Menurut Otaviani (2019, p. 51), cinta adalah perasaan emosi dan cinta kasih. Artinya, cinta itu perasaan yang diungkapkan oleh manusia lewat tindakannya; karena cinta pada hakikatnya hanya dapat dirasakan juga bisa dilihat namun tidak dapat diraba.

Cinta dapat dilihat, apabila manusia melakukan segala aktivitasnya dengan setulus hati dan memperoleh hasil yang baik dari usahnya. Artinya bahwa cinta itu dapat diwujudnyatakan dalam tindakan konkret.

Cinta merupakan dasar dari segala sesuatu (Wariati 2019, p. 15). Artinya, cinta dipandang sebagai pusat bagi dinamika hidup manusia. Manusia memiliki perasaan dan tentunya perasaan itu adalah ekspresi cinta yang dimiliki oleh manusia.

Cinta yang dimiliki oleh manusia harus dieksplorasikan atau disalurkan dengan baik, karena cinta itu akan menentukan eksistensi hidup manusia itu sebagai pribadi yang bersosial terhadap sesama.

Cinta itu harus dikembangkan secara terus-menerus dengan melakukan berbagai macam cara yakni belajar tentang kehidupan praksis dalam kehidupan bermasyarakat.

Cinta tidak akan ada nilainya sama sekali apabila hanya mengkonsepkan cinta itu dengan dirinya sendiri artinya cinta itu harus bersifat universal terbuka bagi semua orang.

Cinta itu memiliki nilai, apabila manusia menghindari dari sikap egoisme dan fungsi cinta itu sesungguhnya untuk merobohkan tembok keterasingan dalam diri manusia itu.

Empedokles pernah mengatakan bahwa cinta sebuah pengendalian dan yang merujuk pada perekatan dan pada titik tersebut akan menghasilkan relasi yang baik.

Semestinya, cinta itu harus diolah dengan baik karena pada dasarnya cinta itu sebuah perasaan yang normal berasal dari manusia.

Manusia juga harus mengendalikan emosional atau perasaan cinta.

Cinta memang harus dimiliki oleh semua mahkluk hidup di muka bumi ini tanpa terkecuali.

Chang (2018, p. 116) dalam tulisannya mengenai etika dan etiket komunikasi, manusia itu memiliki sebuah kebebasan. Kebebasan itu hak yang dimiliki oleh setiap manusia begitu pula dalam konteks cinta, manusia mempunya kebebasan yang penuh tanpa dibatasi oleh siapa pun.

Tentunya kebebasan itu perlu ditanyakan artinya kebebasan cinta itu harus dipertanggungjawabkan. Manusia bebas mencintai dan dicintai.

Manusia bebas bertindak mencintai sesuai dengan koridornya dan kebebasan cintanya itu demi kebahagiaan dirinya sendiri tanpa membebani orang yang ada di sekitarnya.

Realitas kehidupan manusia di dunia ini sungguh sangat banyak mengenal cinta itu dalam konsepnya, namun manusia sering kali jatuh dalam cinta tersebut.

Keretakan-keretakan dalam hidup bermasyarakat atau pun hidup sebagai himpunan komunitas serta keluarga itu karena kurangnya sikap memahami antara satu dengan yang lain. 

Seni memahami

Hardiman (2015, p. 31) sering mengatakan hidup itu harus memiliki seni memahami. Cinta juga yang mengalir dalam diri manusia harus mempunya seni memahami antara satu dengan yang lain. Cinta memang harus dipahami di setiap dinamika hidupnya.

Saling memahami itu salah satu wujud yang tertinggi dalam menyempurnakan cinta itu.

Seni memahami itu sangatlah penting tujuannya menghindari keretakan antara satu dengan yang lain di mana pun manusia itu berpijak.

Kesempurnaan cinta dalam diri manusia itu lahir karena seni memahami sehingga dari cinta itu manusia berusaha mengenal dirinya sendiri dan mengenal diri orang lain serta menerima eksistensinya sebagai manusia sosial yang sedang berjalan dalam lorong-lorong kehidupan.

Cinta dalam diri manusia itu memiliki kehangatan tersendiri yang tak terukir oleh siapa pun (Hardiman 2020, p. 184). Cinta itulah yang membuat manusia berarti dan bermakna di mata sesama.

Manusia sesungguhnya sadar bahwa cinta itu benar-benar membawa keharuman dalam pergaulannya bersama orang lain.

Buku filsafat Gabriel Marcel, Penerbit Kanisius 1994. (Mathias Hariyadi)

Gabriel Marcel mengatakan bahwa manusia adalah mahkluk rasional dan sekaligus otonom artinya manusia itu memiliki aka budi untuk bertindak secara cemerlang dalam kebebasannnya sebagai manusia yang memiliki kehendak. Cinta adalah asal dan tujuan hidup manusia (Piter 2019, p. 1).

Artinya bahwa cinta itu sebagai pemenuhan hidup manusia yang bermuara kepada sebuah relasi yang mendalam antara sesamanya. Sejarah hidup manusia itu selama bertahun-tahun mencari dan menemukan radiks dari eksistensi cinta itu.

Manusia ada dan berjumpa antara sesamanya di dunia serta berbincang satu sama lain itu karena ikatan cinta.

Cinta itu sesungguhnya memiliki energi yang sangat kuat tak dapat dijangkau oleh indrawi manusia.

Dalam buku terjemahkan Aquarina (2018, p.15) berjudul Seni Mencintai, Eric Fromm mengatakan bahwa cinta jawaban atas persoalaan manusia. Artinya bahwa cinta di sini dipandang sebagai solusi dari keterpurukan eksistensi manusia sebagai mahkluk sosial.

Cinta menghilangkan skeptisme di dalam diri manusia dalam hidupnya semesta alam. Subyek cinta itu sesungguhnya adalah manusia itu sendiri, manusia diberi akal budi untuk berpkir berperasaan sehingga manusia boleh dikatakan mahkluk pecinta.

Berbicara tentang cinta berarti berarti tidak terlepas dari siklus hidup manusia. Dalam buku The Art of Loving (1965), Fromm memberi panorama tentang cinta.

Menurutnya, cinta bukanlah suatu perasaan yang dengan gampang dituruti orang (Rosyadi 2015, p. 77). Artinya cinta itu memiliki pendiriannya sendiri tak dapat diubah oleh siapa pun dan cinta itu sifatnya tetap sampai selama-lamanya. Cinta adalah sebuah emosi mengundang ketertarikan dan hasrat seksual serta menaruh perhatian terhadap seseorang (Taufik 2020, p. 7).

Taufik memandang cinta dari sisi psikologi. Secara psikologi, cinta itu identik dengan perasaan yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Cinta itu yang melahirkan hasrat atau keinginan dalam diri manusia. (Berlanjut)

https://www.sesawi.net/tinjauan-filosofis-cinta-mediasi-reminisansi-relasi-hidup-manusia-1/

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version