“Untuk mendukung gerakan kontra reformasi pada abad pertengahan, misalnya, Gereja Katolik memanfaatkan keunggulan mesin cetak. Karena itu Gereja menyebarluaskan ajaran iman melalui buku katekismus yang dicetak secara massal,” ujar Romo Y.I.Iswarahadi SJ dalam paparannya berjudul “Pewartaan Iman Melalui Media; Sebuah Sharing Pengalaman SAV Puskat” yang disampaikan pada Forum Kateketik AntarKeuskupan se-Indonesia X di Wisma Syalom, Cimahi, Bandung, Rabu (12/9/2012).
Melalui Surat Gembala pada hari Komunikasi Sosial se-dunia, kata Direktur Audio Visual PUSKAT Yogyakarta ini, setiap tahun kita diingatkan oleh Paus agar menggunakan media komunikasi untuk menggairahkan pewartaan iman.
Para pastor dan pewarta iman diminta untuk memperdalam pengertian mereka atas media komunikasi termasuk televisi dan mewujudkan pemahaman mereka melalui kebijakan praktis dan program-program yang bisa dikerjakan.
Menurut Iswarahadi, Instruksi Pastoral Aetatis Novae juga menegaskan bahwa tak cukup hanya menggunakan media untuk menyebarkan pesan kristiani dan ajaran gereja yang otentik. Perlu juga mengintegrasikan pesan Injil dalam kebudayaan baru yang diciptakan oleh komunikasi modern seperti televisi.
“The medium is message. Bila bahasa pewartaan yang mencakup seluruh penampilan gereja, perilaku, struktur dan sikap-sikapnya tidak diperbarui, orang zaman ini tidak akan menangkap pesan yang disampaikan gereja,” kata Pastor bergelar Master of Arts bidang radio dan televisi dari University of the Philippines, Manila ini.
Mengutip pesan yang disampaikan Mgr. I Suharyo Pr, Romo Iswarahadi menyebutkan bahwa bila Injil diwartakan secara biasa, Injil tidak akan berbunyi. Karena itu, kita harus mencari cara yang bisa menyentuh sensibilitas masyarakat modern, katanya.