Home BERITA Para Perempuan Indonesia Pemberani di Miramare Berkaul Kekal dalam Kongregasi SMI (2)

Para Perempuan Indonesia Pemberani di Miramare Berkaul Kekal dalam Kongregasi SMI (2)

0
Para perempuan Indonesia pemberani di Miramare berkaul kdalam Kongregasi SMI. Prosesi kaul kekal ini untuk perrtama kalinya berlangsung di alam terbuka. (Dok. SMI)

DALAM sejarah Kongregasi Suster Maria Immaculata (SMI), perayaan kaul kekal di alam terbuka belum pernah terjadi sebelumnya.

Dan ini untuk pertama kalinya dilakukan di pelataran Gua Maria. Tentu saja alasan utamanya adalah agar terhindar dari kemungkinan penularan Covid-19.

Perayaan meriah kaul kekal di ruang terbuka seperti ini memang tidak lazim terjadi. Karena biasanya dilangsungkan di gereja.

Namun justru dengan demikian, ini menjadi kesempatan yang baik untuk menganimasi umat yang menyaksikan secara langsung peristiwa berrahmat itu.

Tanpa terhalang oleh dinding-dinding gereja. Oleh karenanya, momen bersejarah ini menjadi sebuah kesaksian yang mengagumkan bagi umat dalam cakupan yang lebih luas.

Perayaan Ekaristi berlangsung dengan penuh khidmat.

Diawali dengan perarakan dari Rumah Generalat menuju Gua Maria dan dimeriahkan dengan koor dari para suster SMI.

Hampir semua lagu yang dinyanyikan itu dalam bahasa Italia dan lagu penutup dalam bahasa Indonesia yaitu lagu Maria yang berjudul Hari yang Terindah.

Para yubilaris terlihat sangat bahagia karena memang moment tersebut adalah moment yang di nanti-nantikan. “Sungguh sangat bahagia hari ini karena akhirnya saya bisa menjadi mempelai Kristus untuk selamanya,” ungkap suster Kristina Titin.

Puteri dari keluarga Muslim pertama

Dari ke-9 suster yang mengikrarkan kaul kekal, salah satu di antara mereka Sr. Kristina Titin SMI. Ia berasal dari keluarga muslim. Kedua orangtua dan adik-adiknya adalah Muslim.

Suatu kebanggan tersendiri bagi kami, Kongregasi SMI, meski perbedaan agama yang dianut oleh kedua orangtuanya, hal itu bukan penghalang bagi perjalanan hidup membiara Sr. Kristina SMI.

Sr. Kristina SMI bersama Ny. Ida dari KBRI Vatikan. (Dok SMI)

Keluarganya yang non Katolik bukanlah jadi penghalang bagi Sr. Kristina SMI untuk menjadi biarawati. Kedua orangtua dan adik-adik Sr. Kristina juga tidak keberatan dengan pilihan jalan hidupnya.

Dukungan dari keluarga ini jugalah yang membuat langkah kaki Sr. Kristina SMI semakin teguh menapaki panggilan Tuhan sebagai religius.

Ny. Ida sehari-harinya bekerja sebagai staf KBRI uVatikan. Ia hadir dalam prosesi ikrar kaul kekal ini. “Kita memang beda, tapi kita hanya punya satu Tuhan,” ungkap Ny. Ida.

Dari teladan keluarga Suster Kristina inilah, kita semua bisa belajar hal penting.

Perbedaan adalah kekayaan.

Di dalam perbedaan itu, kita belajar menjadi semakin toleran dan rendah hati. Sejatinya, inilah ciri khas bangsa kita tercinta: Indonesia.

Kita berasal dari berbagia daerah, suku, agama dan kebudayaan, tetapi kita tetap satu dengan rasa toleransi yang begitu kuat terhadap satu sama lain.

Perbedaan bukan menjadi alasan untuk memisahkan diri dari yang lain, melainkan sebagai peluang untuk menjadi pribadi yang inklusif.

Para suster yubilaris yang semuanya berasal dari NTT, Indonesia, berpose bersama dengan Uskup Mgr. Francesco dan Pemimpin Umum KOngregasi SMI Sr. Vittoria Putruele SMI.

Para perempuan Indonesia pemberani di Miramare

Meninggalkan tempat asal dan pergi berkarya di negeri orang bukanlah hal yang mudah. Budaya dan bahasa yang berbeda dengan segala tuntutan zaman yang berbeda pula menuntut para suster untuk harus bisa beradaptasi.

Setelah melewati masa formasi selama tujuh tahun, akhirnya mereka mengikrarkan kaul kekal untuk selamanya.  

Keberanian dan kerendahan hati para suster memampukan mereka tetap setia pada panggilan Tuhan. Sehingga akhirnya mereka bisa memutuskan untuk menyerahkan diri mereka secara total kepada-Nya lewat karya pelayanan kongregasi SMI.

Untuk pertama kalinya, prosesi kaul kekal para suster Kongregasi SMI berlangsung di luar gereja dan bulan Mel 2021 lalu berlangsung di ruang terbuka. (Dok. Kongregasi SMI)

Yesus sendiri tidak menjanjikan berbagai kenyamanan bagi mereka yang ingin mengikuti-Nya. Namun Dia meminta selalu setia, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.“ (Mat.16:24).

Suster Sesilia Lelan Bolen SMI, salah satu yubilaris. mengungkapkan kebahagiaannya.

 “Tentunya sangat bahagia karena kekwatiran sebelumnya bisa saya lewati. Saya bersyukur karena bisa mengambil sebuah keputusan yang tidak mudah. Saya yakin semua ini berkat campur tangan Tuhan dan tidak perlu lagi saya bertanya:  lalu kemana kah saya harus melangkah? Setiap langkahku dituntun oleh-Nya,” ungkapnya.

Senada dengan hal itu, Uskup Francesco dalam kotbahnya mengajak para yubilaris tetap bahagia dan mengandalkan Tuhan.

“Selalu bahagia dengan pilihan kalian. Jangan takut, karena bukan kalian sendiri yang menjalani panggilan hidup ini. Tapi Dia yang memanggil kalian akan selalu menuntun dalam suka dan duka,” demikian pesan uskup kepada para suster.

Pesan Bapak Uskup tersebut tentu saja merupakan penegasan atas apa yang telah disampaikan Yesus, “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman,” (Mat. 20:28).

Pemimpin Umum Kongregasi Suster SMI: Sr. Vittoria Putruele. (Dok. SMI)

Sr. Vittoria Putruele, selaku Pemimpin Umum Kongregasi SMI (Mother General), dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan. Atas rahmat panggilan terhadap kesembilan suster. Ia juga mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Gereja Indonesia yang telah merelakan puteri-puteri terbaiknya untuk melayani Tuhan dan sesama lewat Kongregasi SMI.

Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada KBRI untuk Takhta Suci yang turut hadir dalam peristiwa berahmat tersebut. (Berlanjut)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version