INI merupakan pengalaman pertama dan istimewa bagi Gerakan Ehem! Anti Korupsi dengan pengampu Tim KWI – Yayasan Bhumiksara. Selama empat tahun terakhir ini, Tim Ehem! KWI – Yayasan Bhumiksara selalu memberi lokakarya gerakan anti korupsi dengan audiens yang sangat beragam. Mereka adalah para imam, suster, dan bruder lintas ordo/kongregasi, kaum awam katolik, dan mahasiswa perguruan tinggi katolik.
Kali ini, Tim KWI – Yayasan Bhumiksara “menghadapi” audiens khusus dengan sifat homogen yang sangat jelas: para suster dari sebuah tarekat religius. Pada tanggal 12-14 Juli 2016, tim ini mengampu program acara gerakan anti korupsi dengan audiens para suster biarawati anggota Kongregasi Fransiskan Sukabumi (SFS).
Sebanyak 36 suster biarawati SFS ikut berpartisipasi dalam program istimewa ini. Itu terjadi, setelah Pemimpin Umum SFS Sr. Marietta dengan gagah telah memutuskan memberikan ruang dan waktu sepanjang dua hari penuh –sejak pagi hingga malam—agar para suster SFS bisa belajar banyak tentang gerakan membangun semangat anti korupsi di kalangan para anggota SFS.
Sebuah keputusan yang berani, tentu saja. Apalagi, kalau harus mengingat bahwa program acara Gerakan Ehem! anti korupsi ini nantinya akan diadakan di sela-sela rentetan program rapat pra-kapitel tarekat SFS yang sudah berlangsung sejak Februari lalu hingga nantinya selesai di bulan September 2016.
Berbagai asumsi
Karena kali ini audiensnya sangat homogen –yakni para suster biarawati satu kongregasi yakni SFS– maka wajar bila di antara anggota tim pengampu program ini muncul berbagai asumsi. Salah satunya adalah pertanyaan ini: Mampukah para suster biarawati bisa bertahan dengan stamina tinggi dan semangat besar untuk tetap ‘setia’ mengikuti program ini sedari pagi hingga malam hari?
Pertanyaan ini mengemuka dan di awal sempat “membebani” para anggota tim pengampu. Itu karena mereka sadar betul bahwa para suster biarawati –dimana pun juga di seluruh Indonesia—punya “tradisi” yakni selalu menyediakan waktu khusus untuk istirahat siang dengan tidur usai makan.
Tradisi siesta (tidur siang sejenak usai makan) ini tentu saja tidak diakrabi oleh para anggota tim KWI-Yayasan Bhumiksara yang semuanya tidak pernah melakukan siesta dalam keseharian mereka bekerja. Bahkan, Romo FX Adisusanto SJ yang bekerja di lingkungan KWI pun juga tidak punya ‘tradisi’ siesta ini.
Tapi, asumsi tersebut tinggal di atas awan. Kenyataannya, para suster SFS justru menampilkan antusiasme tinggi mengikuti seluruh rangkaian program acara Gerakan Ehem! ini.
Program acara dimulai Selasa malam, usai makan. Itu pun berlangsung dalam suasana serba semangat, meski program acara introduksi baru dimulai pukul 19.30 hingga 21.30 WIB. Esok paginya, program dimulai sejak usai makan pagi hingga menjelang pukul 21.00 malam secara maraton. Tidak ada acara siesta dan istirahat bagi para semua peserta suster biarawati dan para tim pengampu. Usai acara, koordinator acara berikut Pimpinan Umum SFS Sr. Marietta masih menyediakan waktu satu jam bersama tim untuk melakukan refleksi dan evaluasi.
Ini sudah menjadi semacam “tradisi” wajib yang selalu dilakukan oleh Tim Ehem! KWI – Yayasan Bhumiksara: selalu menyediakan waktu khusus untuk refleksi dan evaluasi pasca seharian melaksanakan program acara.
Meski di tengah rasa capai dan ngantuk, namun toh keempat anggota tim bersama Sr. Marietta SFS selaku Pimpinan Umum dan Sr. Agnes Keraf SFS selaku Koordinator Acara tetap serius dan tekun mengikuti sesi evaluasi dan refleksi demi perbaikan program berikutnya di hari selanjutnya.