STATUS umur adiyuswa merupakan frasa kata untuk menyebut lanjut usia atau lansia. Usia merupakan berkat pemberian Tuhan sehingga orang yang berusia (yuswa) lanjut menerima rahmat yang adi atau anugerah yang baik, yang indah karena panjangnya usia.
Adiyuswa berdasar penjenjangan formasio iman berusia 61 tahun ke atas.
Penjenjangan formasio iman
Hal itu berdasar Direktorium Formasio Iman KAS yang diterbitkan pada tahun 2014. Penjenjangan usia formasio dimulai dengan tahapan:
- Pendampingan Iman Anak Usia Dini (PIUD) antara 0-5 tahun.
- Pendampingan Iman Anak (PIA) antara 6-10 tahun.
- Pendamingan Iman Remaja (PIR) antara 11-15 tahun.
- Pendampingan Iman Orang Muda (PIOM) antara 16-35 tahun.
- Pendampingan Iman Orang Dewasa (PIOD) antara 36-60 tahun (PIOD).
- Pendampingan Iman Usia Lanjut (PIUL) 61 tahun ke atas.
Bidang pewartaan Tim Pelayanan PIUL
Katekese untuk kaum adiyuswa merupakan salah satu bentuk pelaksanaan tugas mewartakan dari Bidang Pewartaan dan Evangelisasi Dewan Paroki. Katekese adiyuswa dimaksudkan untuk mendampingi umat usia lanjut, membangun komunikasi iman, saling berbagi pengalaman hidup dan pengalaman atau penghayatan iman melalui kesaksian dalam kelompok umat usia lanjut.
Minggu, 7 Juli 2024 di Aula Berthier Gereja Santo Paulus Kleco Solo digelar “Temu Guyub Adiyuswa”. Dengan merefleksikan kutipan dari Kitab Mazmur 71:9: “Jangan membuang aku pada masa tuaku.”
Hadir pada temu guyub ini umat lansia Paroki Kleco sebanyak 73 orang. Pendamping kegiatan ini sekaligus nara sumber Romo Yoseph Aris Triyanto MSF dari Paroki Kleco Solo
Merenungkan bersama warisan rohani
Rangkaian acara temu guyub adiyuswa yakni katekese adiyuswa, formasio iman adiyuswa serta merenungkan bersama warisan iman para adiyuswa. Saat temu guyub, adiyuswa diberi kesempatan melakukan cek kesehatan dan senam bersama yang menggembirakan.
Berikut ini uraian pendampingan dari Romo Yoseph Aris Triyanto,MSF pada saat temu guyub adiyuswa.
- Perjumpaan atau temu guyub dengan adiyuswa hendak meneguhkan bahwa adiyuswa atau lanjut usia adalah bagian dari Gereja.
- Gereja sebagai persekutuan umat beriman memiliki umat dari usia dini, anak-anak, remaja, OMK orang dewasa dan lanjut usia.
- Gereja memberi perhatian pada umat usia lanjut selain formasio bagi jenjang yang lain.
Temu guyub adiyuswa mengajak mereka menyadari realitas, kenyataan bahwa mereka sudah adiyuswa.
- Menerima kerapuhan.
- Berbagai kelemahan dan kerapuhan di usia lanjut hendaknya diterima.
Di sisi lain adiyuswa diajak menyadari dan mensyukuri rahmat-rahmat yang diterima.
- Pertama: rahmat usia. Ada yang 90 tahun 83 tahun dan sebagainya.
- Kedua: rahmat sukacita. Mereka hadir menanggapi undangan Tim Pandampingan Iman Usia Lanjut (PIUL) Bidang Pewartaan dan Evangelisasi Paroki dengan sukacita. Mereka hadir mengikuti kegiatan dengan gembira. Kesediaan dan kesetiaan mengikuti kegiatan merupakan wujud dari iman, wujud Gereja yang hidup di tengah umat.
- Ketiga bagian warisan rohani nampak dari kesetiaan, kegembiraan, kesehatan, kesabaran, ketekunan dan tidak terbelenggu pada kecemasan.
Berdamai dengan kenyataan
Adiyuswa yang ada mayoritas hidup sendiri. Mereka hendaknya berdamai dengan kenyataan sehingga tidak merasa ditinggalkan dan dilupakan. Tema pertemuan kali ini sangat indah: “Jangan membuang aku pada masa tuaku.”
Masa tua tetap berharga
Tema ini bisa diungkapkan dalam bahasa positif. Paus pada hari lansia mengajak para lansia menghayati di masa tua tetap berharga, memiliki ruang dan waktu untuk tetap berkarya. Temu guyub adiyuswa merupakan bentuk sapaan.
Mereka tetap ada di hati, tetap mendapatkan tempat. Termasuk saat pemberian Sakramen Minyak Suci pada saat perayaan Paskah, para adiyuswa diajak memahami makna sebuah sakramen. Ini merupakan bagian dari katekese. Selain itu, juga kunjungan ke rumah para adiyuswa sebagai wujud pendampingan atau formasio rohani adiyuswa.
Syering peserta temu guyub adiyuswa
Bapak Yohanes Suparman menyampaikan bahwa hal yang berkesan yang disampaikan narasumber Romo Aris adalah ungkapan: “Kamu berkat bagi saya; saya berkat bagi kamu.”
“Ungkapan ini meneguhkan sebagai pasangan suami-isteri usia lanjut -meskipun sudah tua, sudah adiyuswa- tetapi saya merasa bahwa saya berguna bagi pasangan saya.
Demikian juga pasangan saya, menganggap saya anugerah yang diberikan Tuhan bagi pasangan saya. Bagi anak cucu, keberadaan adiyuswa tetap menjadi berkat. Jangan sampai di usia lanjut, adiyuswa ditinggalkan atau diabaikan,” kata Pak Yohanes Suparman yang hadir mengikuti temu guyub bersama isterinya.
Tugas mendoakan
Sementara, Bu Maria Agustin Sri Partini Supriyono Raharja memberi ungkapan ketika ditanyai Sesawi.Net, setelah mengikuti temu guyub adiyuswa. Lalu, kesan apa yang diperoleh?
Maria Agustin Sri Partini memberi jawaban, dia merasa senang. Yel-yel dalam temu adiyuswa “Bersyukur, Sehat, dan Bahagia” menjadi pegangan menjalani hidup dan semoga bisa terjadi. “Semoga menjadi berkat. Perwujudannya, saya semakin mendekatkan diri pada Tuhan; bersyukur diberi berkat sehat sehingga bisa ikut misa harian pagi, ikut kegiatan di gereja,” ungkapnya.
“Hidup sendiri di rumah, karena anak-anak berada di luar kota sering kali muncul kecemasan dan ketakutan. Saya berusaha mengatasi kecemasan dan ketakutan dengan berdoa dan yakin Tuhan itu baik. Tuhan berkenan mengabulkan doa permohonan.
Tugas saya sekarang mendoakan anak saya, menantu, dan cucu semoga sehat,” kata Bu Maria Agustin Sri Partini.
Maria Agustin Sri Partini adalah adik kandung dari almarhum Mgr. Pujasumarta, Uskup KAS 2008-2010.