Home BERITA Paroki Kleco Surakarta: Berbagi Pengalaman Iman Ikuti Temu Pastoral

Paroki Kleco Surakarta: Berbagi Pengalaman Iman Ikuti Temu Pastoral

0
Kesempatan istimewa bisa berbagi pengalaman iman antara imam paroki dan umat di Paoki Kleco Surakarta. (FX Juli Pramana)

BERBAGI hasil Temu Pastoral (Tepas) Keuskupan Agung Semarang (KAS). Ini dilakukan oleh Pastor Kepala Gereja Santo Paulus Paroki Kleco Solo Romo Aloysius Kriswinarto MSF saat kunjungan di Wilayah Santo Dionisius Kerten. Terjadi hari Senin 27 November 2023.

Formasi iman berjenjang

Pada kesempatan itu, Romo Kris membagikan salah satu hasil Tepas. Utamanya tentang Formasio Iman Berjenjang. Ini merupakan satu cara baru dalam berbagi pengalaman iman dan syering pengalaman hidup.

Itu pun juga tidak perlu dilakukan secara formal. Seperti saat  pertemuan APP, Bulan Katekese Liturgi atau pertemuan Adven. Tetapi bisa juga dilakukan dengan cara tidak formal. Melalui kelompok senam, gowes atau kelompok bersepeda atau kelompok yang lain.

Dengan pertemuan tidak formal macam ini, maka harapannya proses berbagi kisah dan pengalaman iman ini bisa mengalir. Melalui proses syering sehingga tidak ada yang merasa malu atau malah enggan berbagi pengalaman.

Memanfaatkan pertemuan untuk berbagi pengalaman iman. Seperti inilah yang dicoba untuk dipraktikkan oleh Paroki Kleco Surakarta: bisa berbagi kisah dan pengalaman iman dalam suasana yang tidak terlalu formal. (FX Juli Pramana)

Umat enggan berbagi pengalaman iman

Berdasarkan pengamatan di lingkungan-lingkungan dan wilayah, banyak umat masih enggan dan takut berbagi pengalaman hidup atau pengalaman iman. Hal baik ini jarang terjadi pada saat pertemuan lingkungan atau wilayah. Itu karena pertemuan cenderung berlangsung formal, kaku. Apalagi juga kurang memberi kebebasan berbagi pengalaman.

Padahal, berbagi pengalaman hidup dan iman dirasakan sebagai wujud peneguhan bersama dalam hidup umat beriman. Yakni, komitmen untuk berjalan bersama menemukan kehendak Tuhan.

“Pertemuan-pertemuan yang selama ini dilakukan masih berbasis territorial. Misalnya kelompok lingkungan. Ke depan, pertemuan-pertemuan bisa dilakukan dalam kelompok-kelompok umat yang tidak formal. Harapannya, seraya beraktivitas bisa berhenti sejenak untuk memperbincangkan “konten iman”.

“Namun berlangsung dalam suasana rileks; tanpa harus menyakan lilin. Suasananya berlangsung penuh dengan keakraban persaudaraan,” kata Romo Kriswinarto.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version