Home BERITA Paroki St. Petrus dan Paulus Baturaja – Menjadi Prodikon Itu Harus Hepi

Paroki St. Petrus dan Paulus Baturaja – Menjadi Prodikon Itu Harus Hepi

0
Rekoleski para Prodiakon di Stasi Merbau, Paroki St. Petrus dan Paulus Baturaja, Sumsel. (Ist)

SEBANYAK 44 Prodiakon periode 2022-2025 mengikuti penyegaran dan rekoleksi di Stasi St. Sixtus, Merbau, Paroki St. Petrus dan Paulus, Baturaja, Sumatera Selatan, Minggu, 31 Juli 2022.

Mereka berasal dari berbagai wilayah. Antara lain dari Stasi Barito, Merbau, Tegal Arum, Baturaja, Batumarta, dan Espetiga. Hadir sebagai narasumber Romo Agustinus Giman Pr dan Pastor Paroki Baturaja Romo Yohanes Kristiyanto Pr.

Tema penyegaran ini adalah “Aku Menjadikan Kamu Penjala Manusia”.

Di awal kegiatan ini, Romo Giman -demikian panggilan akrabnya- mempertanyakan, apakah sebagai Prodiakon itu merupakan sebuah panggilan.

Tak sedikit yang menanggapinya dengan rasa terpaksa karena dipilih. Apalagi menjadi Prodiakon itu harus tampil baik di mata orang.

Hidupnya dan keluarganya dilihat banyak orang. Harus berkurban tenaga dan waktu. Sesekali juga mengeluarkan uang dari kocek sendiri untuk kebutuhan pelayanan yang tampaknya kecil-kecil. Belum lagi kalau ada kesalahpahaman.

Semua itu dapat menjadi beban. Menjadikan diri lelah. Lalu, tampil tak semangat. 

Panggilan menjadi Prodiakon sebenarnya mirip yang dialami dengan para anggota dewan pengurus paroki atau ketua lingkungan.

Ini fungsi dan jabatan yang malah sering dijauhi oleh umat Katolik.

Berbagai alasan pun diajukan. Ada yang mengatakan, tidak bisa berkotbah. Demam panggung. Tidak punya banyak waktu. Masih muda. Belum punya banyak pengalaman. Entah apa lagi.  

Dua narsum dalam rekoleksi Prodiakon kali ini adalah Romo Giman Pr (kiri) dan Romo Y. Kristianto Pr (kanan).

Bejana tanah liat

Tak ada manusia sempurna. Semua memiliki kelebihan dan keterbatasan. Itu semua kita persembahkan pada Yang Maha Kuasa. Romo Giman mengajak para diakon bagaimana cara Allah bekerja.

Kita bisa belajar dari tanah liat. Biarlah di tangan Tuhan, bejana itu dibentuk sesuai kehendak-Nya. Kita pun dibentuk oleh tangan Tuhan.

Tuhan memanggil justru, karena kita tidak sempurna. Dalam kerapuhan kita, Tuhan bekerja. Dan Dia sendiri yang akan menyempurnakannya.

Yesus memanggil murid-murid-Nya dari kalangan para nelayan. Mereka hidup dalam kesederhanaan.

Yesus tidak memanggil murid-murid-Nya dari kalangan imam atau Ahli-ahli taurat. Orang kecil, diangkat-Nya. Yang lemah dikuatkan. Rahmat Tuhan terus akan bekerja dalam diri orang-orang pilihan-Nya.

Suasana diskusi kelompok dan acara rekoleksi para Prodiakon Paroki St. Petrus dan Paulus Baturaja, Sumsel. (Ist)

Dalam acara ini diadakan syering kelompok. Mereka berbagi pengalaman suka-duka menjadi Prodiakon.

Tujuannya, agar para Prdiakon ini tidak merasa sendiri. Pengalaman duka dan tantangan ternyata juga dihadapi oleh orang lain.

Menjadi Orodiakon itu harus hepi. Bahagia.

Maka dibutuhkan sikap ikhlas. Menyegarkan komitmen terus-menerus agar tetap berkualitas.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version