Home BERITA Pastor Masih Suka Marahan dan Bersungut-sungut (3)

Pastor Masih Suka Marahan dan Bersungut-sungut (3)

0
Ilustrasi: Membuang emosi negatif, (Ist)

DALAM psikologi, ditekankan adanya dua fakta kerugian bagi orang yang suka marahan dengan pasang wajah bersungut-sungut:

Bersungut-sungut “menolak” berkat dari Tuhan

Liem Tjay berniat membantu Bapak BJ, umat di salah satu stasi yang memiliki kesulitan dengan biaya sekolah anaknya.

Ketika Liem Tjay memanggil Bapak BJ di rumah Ketua Stasi, bapak itu malah mengeluh, menggerutu tentang masalah isteri, masalah anak, masalah pekerjaan di sawit, dan masalah pengurus stasi yang kurang beres.

Liem Tjay yang sedianya dengan tulus akan memberi bantuan menjadi kurang simpati terhadap Bapak BJ. Berkat Tuhan lepas begitu saja karena bersungut-sungut

Bersungut-sungut membuat hidup menjadi berat

Liem Tjay sengaja berkunjung ke rumah Bapak JU. Dengan sopan, Liem Tjay memohon bantuan.

“Maaf sebelumnya, karena mengganggu Bapak Juhan. Mau minta tolong membuatkan palungan Natal ukuran 20 x 60 cm yang sederhana saja. Papan kayu sudah tersedia. Bapak tinggal memasang saja,” kata Liem Tjay.

Palungan Natal itu sebenarnya pekerjaan ringan dan sangat mudah dikerjakan. Tetapi Bapak JU itu tampak bersungut-sungut sambil menggerutu.

“Ini bukan tugas saya. Ini tugas seksi perlengkapan. Si Heri itu yang biasa membuatnya. Heran juga saya, masak sie perlengkapan tidak mau kerja.”

Memasang papan hingga menjadi palungan kecil yang ringan dan sederhana itu kini menjadi berat dan rumit bagi Bapak JU.

Lalu, untuk apa bersungut-sungut?

Pengalaman-pengalaman tersebut juga pernah kita alami.

Bertolak dari pengalaman tersebut, Liem Tjay membuat catatan refleksi atas peristiwa pastor yang bersungut sungut.

  • Aku mengerjakan sesuatu, tetapi tidak dengan segenap hati. Yang muncul adalah perasaan: jengkel, kecewa, tidak suka, tetapi tetap mengerjakannya.
  • Perasaaan dan pengalaman seperti ini, jika berulang terus-menerus akan membuat hidupku menjadi apatis (a artinya tidak dan patior artinya menderita) atau acuh tak acuh atau cuek.
  • Kebiasaan bersungut-sungut sering kali muncul pada diriku, karena tidak memiliki penguasaan diri, kesabaran, dan mudah marah.
  • Pada dasarnya telingaku ingin mendengar yang indah, menarik, dan menyejukkan. Ternyata sikap menggerutu itu menebarkan aura negatif bagi orang di sekitarku.
  • Bagiku, bersungut sungut ternyata bukan menyelesaikan masalah; tetapi malah memperburuk masalah.
  • Hidup yang selalu diwarnai sikap menggerutu dan bersungut-sungut adalah tanda bahwa seseorang tidak percaya akan kasih dan kuasa Tuhan.
  • Bersungut-sungut hanya akan menghambat berkat Tuhan.
Ilustrasi: Mengurangi intensitasi emosi negatif dengan Sakramen Rekonsiliasi. (Ist)

Kerjakan dengan hati gembira dan rasa ikhlas

Sekali lagi, lakukanlah semua pekerjaan mulia yang dipercayakan Tuhan kepada kita.

Dan kerjakanlah semuanya dengan hati yang ikhlas, yaitu seolah-olah hari ini adalah hari terakhir Anda dan saya untuk berkarya di dunia ciptaan-Nya.

Mengeluh tidak hanya merusak hari orang lain, tetapi juga merusak hari si pengeluh. Makin banyak kita mengeluh, makin kita tidak bahagia. (Dennis Prager)

“Lakukanlah sega­la sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tia­da bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.” (Filipi 2: 14 – 15)

Tepian Sungai Serayu – Banyumas, 5 April 2022

Nico Belawing Setiawan OMI

(Selesai)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version