Home BERITA Pastor Muda Marah-marah

Pastor Muda Marah-marah

0
Ilustrasi -Marah. (ist)

Selasa, 25 Mei 2021

Bacaan

  • Sir 35: 1-11.
  • Mrk. 10: 28-31.

MANUSIA cenderung mengusahakan sesuatu yang menguntungkan dirinya. Sejauh mungkin menghindari penderitaan. Bahkan tidak ingin menjadi korban.

Itu betul dan wajar. Siapa sih yang ingin menderita, luka, dan duka?

Tetapi kenyataannya berbeda. Ada orang yang tega melukai dalam mencapai apa yang diinginkan. Bahkan menyingkirkan yang lain.

Sebuah cara yang tidak menghargai kehidupan yang lain. Sebaik apa pun motivasi dan tujuan, cara yang digunakan dapat mempengaruhi kualitas yang diinginkan.

Banyak terdengar di sana-sini berita tentang kesedihan bahkan kesendirian.

Pandemi Covid-19 ini pun membuat masa depan semakin dirasa tidak pasti. Banyak kegiatan -bahkan keputusan-keputusan penting- menjadi tertunda; menjadi momok tersendiri.

Terdengar pula adanya pengalaman-pengalaman depresi, kesedihan, kebosanan yang kadang mengarah pada keputusasaan.

Inilah jawaban Yesus atas pertanyaan seorang muda tentang bagaimana mencapai hidup kekal.

“Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kamu miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutilah Aku.” ay 21.

Ia kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Dalam situasi yang tidak menentu ini, mungkin kita lebih memerlukan saksi-saksi harapan dan sukacita untuk mengusir angan-angan yang menjanjikan kebahagiaan yang instan dan mudah melalui surga buatan.

Kita memerlukan sukacita yang bersumber dari kebenaran iman kita.

Beda persepsi

Setelah mendengar info dari atasannya, seorang religius merasa itu tidak benar. Ia tidak melakukan sesuatu yang bertentanganseperti yang disampaikan.

Ia malah protes. Itu malah pembicaraan semakin panas.

Tetap menyadari sebagai seorang religius yang taat kepada pemimpin, namun dia minta dihadapkan kepada pembisik-pembisik untuk klarifikasi.

Dengan nada yang sedikit kesal, cenderung marah ia mendesak.

Pembesarnya yang jauh lebih senior dengan bijaksana mengatakan demikian.

“Dik engkau masih muda. Emosimu belum stabil. Tenanglah dulu. Endapkanlah. Nanti kita berjumpa dan bicara lagi. Ini kan baru pendapat orang lain; persepsi lain tentang caramu bertindak. Saya sampaikan kepadamu. Sementara ini, supaya kebaikan bersama dapat lebih diusahakan.”

“Itu kan berarti pimpinan lebih percaya kepada dia. Menilai saya begitu. Seakan-akan saya begitu. Saya tidak tahu, saya harus bersikap apa sekarang. Saya hanya ingin klarifikasi secepatnya.”

Hanya mendengar sepihak lalu disampaikan, inilah yang merusak.

Mengikuti Yesus tidaklah mudah setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda.

Kita pun selalu diingatkan bahwa setiap orang mempunyai kepentingan, motivasi dan intensi  tersembunyi; memakai topeng-topeng untuk menyembunyikan kelemahan diri sendiri.

Belum lagi kalau seseorang hidup batinnya terbelenggu dalam kepentingan dan kepeduliannya sendiri.

Kegembiraan dan sukacita kasih Allah tidak ia alami dan rasakan; belum lagi kalau keinginan berbuat baik pun hilang.

Yesus berkata kepada Petrus:

“Sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan segala sesuatu, ia akan menerima seratus kali lipat, sekalipun disertai berbagai penganiayaan dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.” ay 29-30.

Paulus menasehati, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan.” Flp 4: 4; 2 Tim 1: 8

Tuhan, buatlah ketulusan dan perendahan hati bagian dari pelayananku. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version