BANYAK pihak sejak tiga tahun terakhir ini sebegitu antusiasnya telah menggadang-gadang (sangat berharap menantikan) kehadiran Bapa Suci Paus Fransiskus bisa melakukan kunjungan pastoral ke Indonesia. Harapan itu juga membuncah, ketika Paus juga diharapkan bisa datang menyambangi forum 7th Asian Youth Day 2017 (AYD) yang akan berlangsung di Yogyakarta, mulai akhir 30 Juli hingga 6 Agustus 2017 mendatang.
Dalam forum perhelatan orang muda katolik (OMK) se Asia ini, setidaknya 3.000-an orang muda dari 29 negara di Asia akan berpartisipasi dalam berbagai program AYD ke-7 yang mengambil tema “Joyful Asian Youth: Living the Gospel in Multicultural Asia!”.
Acara AYD akan berlangsung mulai tanggal 10 Juli dan akan berakhir pada tanggal 6 Agustus 2017. AYD ke-7 mendatang ini akan diawali dengan program live in di beberapa wilayah di sejumlah keuskupan di Indonesia mulai tanggal 30 Juli 2017. Namun, panitia dan para pendamping akan melanjutkan forum evaluasi dan konsolidasi internal hingga tanggal 9 Agustus 2017.
Baca juga: 3.000-an OMK dari 29 Negara di Asian Youth Day ke-7 di Yogyakarta 30 Juli – 6 Agustus 2017
Paus datang di Daejon, Korsel
Keuskupan Agung Semarang menjadi tuan rumah perhelatan iman antar OMK di kawasan Asia di forum 7th Asia Youth Day 2017, setelah sebelumnya acara sama 6th AYD telah sukses digelar di Daejeon, Korea Selatan, bulan Agustus 2014 lalu.
Pada saat misa penutupan AYD ke-6 ini, President of the Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC) Mgr. Oswald Gracias resmi merilis pengumuman bahwa penyelenggara AYD ke-7 berikutnya adalah Indonesia.
Baca juga: Serba-serbi Asian Youth Day (AYD) ke-7 di Yogyakarta 30 Juli sd 6 Agustus 2017
Pada perhelatan AYD ke-6 di Daejeon itu, Paus Fransiskus menyempatkan diri datang ke Korea Selatan dan kemudian menyambangi Daejeon untuk menyapa ribuan OMK di forum pertemuan orang muda katolik di Asia di bulan Agustus 2014 tersebut.
Lawatan pastoral ke Asia Selatan
Keputusan Paus Fransiskus tidak bisa menghadiri forum 7th AYD tahun 2017 di Yogyakarta mendatang itu disebabkan oleh karena Paus sudah punya agenda lawatan pastoral ke negara lain. Menurut kabar yang beredar di Vatikan sebagaimana telah dilansir oleh La Croix International edisi terbitan pertengahan April 2017 pekan lalu, pada tanggal-tanggal dimana 7th AYD akan berlangsung di Yogyakarta itu, Paus akan pergi melawat ke kawasan Asia Selatan
Vatikan, sebagaimana dilansir La Croix International, menyebut India dan Bangladesh akan menjadi tujuan kunjungan pastoral Paus.
Sebenarnya, rencana kunjungan Paus ke India dan Bangladesh itu sudah merupakan agenda lama sejak Oktober 2016. Usai melakukan kunjungan pastoral ke Georgia dan Azerbaikan –dua negara baru bekas wilayah Uni Soviet— Paus secara tidak langsung telah memberi sinyal tidak akan ada agenda kunjungan pastoral ke Indonesia, utamanya menghadiri forum 7th AYD 2017.
Jadi, Vatikan sejak semula memang tidak pernah mengagendakan kunjungan pastoral Paus ke Indonesia, termasuk keinginan beliau ‘menengok’ 7th AYD 2017.
Menjawab Sesawi.Net pada hari Selasa pagi ini, Ketua KWI sekaligus Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo memastikan bahwa memang Paus tidak akan melakukan kunjungan pastoral ke Indonesia, utamanya menghadiri perhelatan iman AYD ke-7 di Yogyakarta mendatang sebagaimana telah diharapkan.
“Itu pasti,” tulisnya melalui jalur pribadi.
Undangan dan harapan KWI
Melalui KWI, Gereja Katolik Indonesia memang pernah menyuarakan harapan sekaligus undangan resmi KWI agar Paus berkenan datang ke Indonesia dan menyempatkan diri bisa menghadiri AYD ke-7 di Yogyakarta. Harapan itu mengemuka usai berlangsung Sidang Tahunan KWI bulan November 2014.
Di hadapan media nasional di Kantor KWI saat menggelar jumpa pers menerangkan hasil-hasil Sidang Tahunan KWI 2014 waktu itu, Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo dan Sekjen KWI alm. Mgr. Johannes Pujasumarta mengemukakan sebuah harapan umum. Isinya, niatan KWI ingin mengundang Sri Paus agar berkenan datang menjenguk ribuan OMK di kawasan Asia yang akan berkumpul di Yogyakarta dalam rangka 7th AYD tahun 2017.
Undangan itu dirilis pada tahun 2014 untuk sebuah agenda acara di tahun 2017.

Namun, banyak media nasional telah menangkap secara keliru ‘rumusan bahasa’ paparan kedua monsinyur tersebut. Alih-alih menyebutnya sebagai harapan dan keinginan KWI mengundang Sri Paus agar berkenan datang ke Indonesia, banyak media telah menulis salah perihal konten dan nuansa harapan atas keterangan pers kedua petinggi KWI di tahun 2014 itu. Media menangkap nuansa itu sebagai pernyataan afirmatif bahwa Paus akan datang di Indonesia dalam rangka AYD 2017.
Padahal, konten suasananya adalah berharap akan bisa datang. Sesuatu hal yang secara prinsipiil berbeda maknanya, namun karena kurang jeli menangkap esesi sebuah pernyataan atau keterangan pers, maka persepsi salah itu kemudian menyebar kemana-mana.
Karena kutipan salah yang telah dilansir oleh media bahasa Inggris terbitan Jakarta dan kemudian diedit ulang oleh beberapa media nasional berbahasa Indonesia, maka jadilah kesan umum bahwa Paus memang akan datang.
Padahal sejatinya, Paus diharapkan dan syukur-syukur kalau beliau bisa datang memenuhi undangan KWI.
Baca juga: Dubes RI untuk Vatikan Agus Sriyono: Syukur kalau Paus Berkenan Hadiri Asian Youth Day 2017
Jawaban Paus di tahun 2016: Prega
Ketika bertemu sendiri dalam acara tatap muka dengan Sri Paus di Vatikan Agustus 2016 lalu, Uskup Keuskupan Palangkaraya Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF juga sekali lagi telah menyampaikan undangan KWI dan harapan umat katolik kepada Paus Fransiskus. Dan undangan lisan itu dengan santunnya dijawab oleh Paus dengan satu kata berbahasa Italia: Prega yang kurang lebih artinya ”ya.. ya… doakan saja…”
Jadi, sejak awal memang tidak pernah ada kepastian bahwa Paus akan datang melakukan kunjungan pastoral ke Indonesia dan menyempatkan diri mengunjungi forum AYD 2017.
Baca juga: AYD 2017: Benarkah Paus Fransiskus akan Mengunjungi Indonesia dan Pergi ke Yogya?
Undangan Presiden Jokowi dan Menlu Vatikan
Saat berkunjung ke Indonesia, Menteri Sekretaris Negara Vatikan (baca: Menlu Vatikan) Kardinal Pietro Parolin menyempatkan diri berbincang dengan Presiden Joko Widodo. Ini terjadi pada bulan November 2015 lalu.
Kepada Presiden Jokowi, Menlu Vatikan ini menyampaikan undangan Paus agar pemimpin nomor satu di Indonesia ini berkenan datang berkunjung ke Vatikan sebagaimana pernah dulu dilakukan sebannyak tiga kali oleh Presiden Sukarno dan sekali waktu oleh Presiden Suharto.
Atas undangan lisan yang disampaikan Kardinal Parolin tersebut, Presiden Jokowi menjawab bahwa ada baiknya juga Paus Fransiskus berkenan datang mengunjungi Indonesia.
Sebagaimana dikutip oleh La Croix International pekan lalu, Ketua KWI sekaligus Uskup Agung KAJ Mgr. Ignatius Suharyo juga telah menyebutkan bahwa “Paus Fransiskus tidak akan datang ke Indonesia tahun 2017 ini.”
Sumber: La Croix International