Home BERITA Paus Fransiskus: Ada Banyak Suster Jadi Budak Seks Pastor

Paus Fransiskus: Ada Banyak Suster Jadi Budak Seks Pastor

0
Ilustrasi: Suster mencari keadilan di tengah kegelapan kasus seksual yang menjadikan mereka jadi korban seksual kaum berjubah pria. (Ist)

DALAM kunjungan pastoral ke Uni Emirat Arab (UAE)  di awal Februari 2019 ini, tak dinyana Paus Fransiskus berani memberi pernyataan mengejutkan. Tidak hanya Gereja Katolik Universal yang “tersengat” dengan berita tersebut, tetapi juga “masyarakat umum”.

Paus mengatakan, berbagai  kasus mengungkapkan bahwa ada banyak suster pernah atau sering menjadi target incaran nafsu seksual para pastor.

Dan yang lebih menyedihkan lagi, ada juga kasus “lebih berat” di mana para suster itu malah dijadikan budak seks oleh para kaum pria berjubah religius ini.

Kalau perlu dibubarkan

Paus Benediktus XVI, ungkap Paus Fransiskus, bahkan pernah didesak oleh para pejabat Gereja yang konservatif agar segera “membekukan” keberadaan kongregasi religius para suster ini. Bahkan kalau dirasa perlu, lembaga religius para suster ini harus dibubarkan.

Demikian laporan BBC International yang dirilis pada hari Rabu tanggal 6 Februari 2019 pagi WIB. Dalam laporan berita ini juga disebut bahwa inilah untuk pertama kalinya Paus Fransiskus secara gamblang menyatakan kasus pelecehan dan kekerasan seksual oleh para pastor terhadap para suster biarawati itu benar-benar terjadi.

Paus menyatakan, penyelidikan terhadap kasus ini tengah berjalan.

Yang lebih mengejutkan lagi, kasus ini tidak hanya menyangkut pastor tetapi juga melibatkan uskup. “Kami tengah melakukan penyelidikan soal hal ini,” ungkap Paus Fransiskus sebagaimana dikutip oleh BBC.

“Pada tahapan tertentu,” demikian kata Paus Fransiskus, “pendahulu saya yakni Paus Benediktus XVI telah berani mengambil tindakan dengan membekukan kongregasi religius para suster tersebut karena –dalam artian tertentu—telah menjadi perbudakan perempuan di bidang seksual telah merambah biara mereka dan itu melibatkan para suster atau bahkan pendiri kongregasi religius tersebut,” ungkap BBC merilis pernyataan Paus Fransiskus.

Kasus-kasus yang memalukan ini, jelas Paus Fransiskus, umumnya terjadi di beberapa kongregasi religius suster yang baru dan di sejumah kawasan tertentu.

Saatnya berani berteriak

Bulan November 2018 lalu, jaringan para kongregasi religius suster melancarkan otokritik pedas dengan menentang keras praktik tidak sehat di kalangan para suster yang akhirnya memilih sikap “diam” dan “membiarkan kasus-kasus itu hilang dengan sendirinya melalui gerakan tutup mulut”.

Bahkan dua hari lalu, majalah Katolik  Women Church World milik Vatikan juga merilis kritik tajam yang “menyalahkan” sikap diam dan gerakan tutup mulut para suster yang cenderung tidak mau “berteriak terbuka” ketika mereka menjadi korban pelecehan seksual oleh para pastor dan kemudian malah dipaksa untuk menggugurkan kandungannya hasil kisah cinta di dalam biara tersebut. Padahal, kata majalah ini, pengguguran termasuk kategori dosa besar dan itu sangat dilarang oleh ajaran Gereja.

Majalah itu kini juga menggelorakan gerakan bertagar #MeToo untuk memotivasi para suster agar semakin berani “bersuara” mengisahkan kebejatan moral para pastor yang telah menjadikan mereka sebagai target nafsu seks mereka.

Sumber: BBC International.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version