Home BERITA Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar: Deklarasi Bersama Istiqlal...

Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar: Deklarasi Bersama Istiqlal 2024

1
Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar tandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024. Duduk di belakang keda pemrakarsa deklarasi ini adalah Romo Markus Solo Kewuta SVD, imam religius Serikat Sabda Allah asal Flores, Indonesia, yang berkarya di Dikasteri Hubungan Antar Agama Vatikan. (Indonesia Papal Visit Committee)

DEKLARASI BERSAMA ISTIQLAL 2024

Deklarasi Bersama Istiqlal ini dilataribelakangi oleh dua krisis serius global, yakni:

Pertama, fenomena dehumanisasi. Ditandai antara lain dengan meluasnya peristiwa-peristiwa kekerasan dan konflik berdarah dan yang paling memprihatinkan adalah justru kerap memperalat atau memanipulasi agama.

Kedua, eksploitasi yang semakin masif terhadap lingkungan hidup dan itu menyebabkan terjadinya krisis iklim.

Penandatanganan deklarasi ini dilakukan setelah naskah teksnya dibacakan oleh Uskup Keuskupan Purwokerto Mgr. Christophorus Tri Harsono dan Pimpinan Istiqlal Dr. Ismail Cawidu MSi; dengan disaksikan oleh tokoh-tokoh lintas umat beragama di Indonesia.

Ketua Komisi HAK KWI Uskup Keuskupan Purwokerto Mgr. Christophorus Tri Harsono membacakan Deklarasi Bersama Istiqlal 2024. (Indonesia Papal Visit Committee)

Adapun isi Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 ialah sebagai berikut:

Mengambil sikap

Menyikapi dua krisis tersebut -sambil tetap berpedoman pada ajaran agama masing-masing dan mengakui kontribusi dasar dan falsafah negara Pancasila- maka kami bersama para pemimpin agama lain yang hadir di halaman Masjid Istiqlal ini ingin menyerukan hal-hal sebagai berikut:

Nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama kita harus dimajukan secara efektif; untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia kita.

Sejatinya nilai-nilai agama harus diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat, belarasa, rekonsiliasi dan solidaritas persaudaraan. Ini semua untuk mengatasi dehumanisasi dan perusakan lingkungan

Para pemimpin negara, khususnya, terinspirasi oleh narasi dan tradisi rohani masing-masing agama harus bekerjasama dalam menanggapi krisis-krisis tersebut; mengidentifikasi semua penyebabnya, dan mengambil tindakan yang tepat.

Dialog antar umat beriman

Oleh karena terdapat satu keluarga umat manusia di seluruh dunia, maka dialog antar umat beriman harus diakui sebagai sebuah sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik lokal, regional, dan internasional dan terutama konflik-konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama.

Selain itu, keyakinan dan ritual-ritual agama kita memiliki kapasitas khusus untuk menyentuh hati manusia dan dengan demikian menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam kepada martabat manusia.

Menyadari bahwa lingkungan hidup yang sehat, damai, dan harmonis sangat penting menjadi hamba Allah dan pemelihara ciptaan yang sejati.

Pimpinan Istiqlal Dr. Ismail Cawidu MSi ikut membacakan isi naskah Deklarasi Istiqlal 2024. (Indonesia Papal Visit Committee)

Kami dengan tulus mengimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya, karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya dan berharap untuk dapat meneruskannya kepada anak cucu kita.

Pemrakasa Deklarasi Bersama Istiqlal

  • Paus Fransiskus
  • Imam Besar Masjid Istiqlal: Nasaruddin Umar

Para tokoh pemimpin lintas agama yang ikut menandatangani:

  • Engkus Kuswara mewakili penghayat kepercayaan.
  • Budi Tanuwibowo: Konghucu.
  • Bhante Dhammasubo: Buddhisme, Walubi.
  • Philip Wijaya: Budhdhisme, Permabudhi.
  • Abdul Mu’ti: Islam, Muhammadiyah.
  • Yahya Cholil Staquf: Islam, Nahdlatul Ulama.
  • Wisnu Bawa Tenaya: Hindu.
  • Pdt. Jacky Manuputty: Kristen.

Berikut ini teks aslinya

Deklarasi Bersama Istiqlal 2024

Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan

Seperti yang bisa dilihat dari kejadian beberapa dekade terakhir, dunia kita jelas sedang menghadapi dua krisis serius: dehumanisasi dan perubahan iklim.

1. Fenomena global dehumanisasi ditandai terutama dengan meluasnya kekerasan dan konflik, yang sering kali membawa jumlah korban yang mengkhawatirkan. Yang lebih mengkhawatirkan adalah agama seringkali diperalat dalam hal ini, sehingga mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang, terutama perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Padahal, peran agama harus mencakup peningkatan dan pemeliharaan martabat setiap kehidupan manusia.

2. Eksploitasi manusia atas ciptaan, rumah kita bersama, telah berkontribusi terhadap perubahan iklim, yang menimbulkan berbagai konsekuensi destruktif seperti bencana alam, pemanasan global, dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi. Krisis lingkungan yang sedang berlangsung ini telah menjadi hambatan bagi kehidupan bersama yang harmonis di antara masyarakat.

Menyikapi kedua krisis tersebut, sambil berpedoman pada ajaran agama masing-masing dan mengakui kontribusi dasar dan falsafah negara “Pancasila” di Indonesia, kami bersama para pemimpin agama lain yang hadir menyerukan hal-hal berikut:

  • 1. Nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama kita harus dimajukan secara efektif untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia kita. Sejatinya, nilai-nilai agama harus diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat, belarasa, rekonsiliasi dan solidaritas persaudaraan untuk mengatasi dehumanisasi dan perusakan lingkungan.
  • 2. Para pemimpin agama khususnya, terinspirasi oleh narasi dan tradisi rohani masing-masing, harus bekerja sama dalam menanggapi krisis-krisis tersebut di atas, mengidentifikasi penyebabnya dan mengambil tindakan yang tepat.
  • 3. Oleh karena terdapat satu keluarga umat manusia di seluruh dunia, dialog antar umat beragama harus diakui sebagai sebuah sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik lokal, regional, dan internasional, terutama konflik-konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama.

Selain itu, keyakinan dan ritual-ritual agama kita memiliki kapasitas khusus untuk menyentuh hati manusia dan dengan demikian menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam terhadap martabat manusia.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version