Home BERITA Pekan Laudato Si’ – Mimpi Punya Rumah Bersih

Pekan Laudato Si’ – Mimpi Punya Rumah Bersih

0
Susur Sungai dalam Pekan Laudato Si. (Sr. Fransiska Agustine FSGM)

SUSUR Sungai. Penanaman Pohon. Misa Alam. Tiga kegiatan ini adalah rangkaian kegiatan Pekan Laudato Si Keuskupan Tanjungkarang, Bukit Tentrem, Batu Putu, Bandarlampung, 23-24 Mei 2021.

Kegiatan bertema “Keluarga Laudato Si, Hidup Ekologis dengan Eco Enzyme”.

Program ini merupakan gerak bersama Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) DPD Lampung, Komisi Keluarga Keuskupan Tanjungkarang, Small Steps Community, Penggiat Eco Enzyme Sai Bumi Lampung, dan Komsos Keuskupan Tanjungkarang.

Momen ini diabadikan dalam live streaming dan rekaman video.

Disiarkan dalam kanal YouTube Komsos Keuskupan Tanjungkarang dan Hidup Tv.  

Blusukan

Mentari melewati batas siang tengah hari. Jam menunjukkan pukul 12.15. Usai tanam pohon.

Ada sebelas pohon yang ditanam. Mangga. Alpokat. Jambu Jamaika. Jambu air.

Kegiatan berlanjut ke sesi berikutnya. Susur sungai. Ada yang mengatakan, blusukan.

Panas mentari yang menyengat kulit tidak menyurutkan langkah peserta yang berkeinginan merawat Bumi Pertiwi ini.

Susur sungai sambil menebarkan cairan eco enzyme.

Eco enzyme ini dapat membantu membersihkan lingkungan. Mensterilkan. Menghilangkan bau.   

Dengan sigap kami, para peserta -sebagian kaum perempuan- mengambil botol eco enszyme berukuran 60 ml.

Mulailah kami berjalan menuju lokasi. Sekitar sepuluh menit jalan masih datar dan nyaman.   

Sisir Jurang

Tak disangka. Tak diduga. Langkah kami terhenti. Sejauh mata memandang, perjalanan semakin sulit.

Setapak. Curam.

Ternyata bukan hanya menyusur sungai. Kami harus menyisir tebing.

Semak rumput tinggi-tinggi. Sebelah kanan jurang. Tak ada undak-undakan seperti anak tangga untuk menapakkan kaki. Tak ada pegangan atau tali.

Ada rasa berdebar di hati. Bisakah untuk sampai ke tempat tujuan?

Seorang laki-laki paruh baya menjadi penunjuk jalan. Melihat kami ada yang takut, ia membuka jalan. Dipotongnya daun dan dahan-dahan besar yang menghalangi perjalanan. Laki-laki itu siap mengulurkan tangan untuk membantu. Tetapi toh itu tidak mungkin ia lakukan selama perjalanan sampai ke sungai.

Apalagi kami berjumlah 25 orang.  

Ketakutan merambah di hati kaum perempuan. Masing-masing orang mulai mengukur kekuatannya sendiri. Khususnya kesehatan. Kekuatan fisik.

Beberapa orang undur diri. Daripada terjadi sesuatu, begitu kata mereka.  

Yang berani terus melangkah. Pantang mundur. Siap menghadapi tantangan. Apalagi yang memiliki posisi penting untuk kegiatan itu.

Merawat dan mencintai Ibu Bumi sebagai bagian penting dalam program Pekan Laudato Si. (Sr. Fransiska Augustine FSGM)

Tim Komsos harus menjaga kameranya. Jangan sampai terantuk. Apalagi jatuh ke jurang.

Satu demi satu menruskan langkah. Memberanikan diri. Berjuang sekuat tenaga. Ekstra hati-hati. Berbagai upaya dilakukan. Melepas sepatu. Merangkak. Ngesot.

Bahkan, ada yang sampai terguling demi menyelamatkan kamera. Seru.

Namun, suasana tidak tegang. Malah terdengar canda tawa.

Perjalanan ditempuh sekitar tiga puluh menit. Ada tiga tikungan yang lumayan tajam.

Syukurlah semua selamat. Kegembiraan memuncah ketika sampai di sungai.

Malaikat Tuhan melindungi orang-orang yang berniat baik. Menyelamatkan bumi pertiwi. Eco Enzyme ditabur di sungai.

Omah impian

Bicara soal bumi adalah bicara soal ruang hidup. Bagian dari ciptaan Tuhan. Bumi itu dipercayakan kepada manusia. Bumi dalam bahasa Yunani: oikos.

Bahasa Jawa: omah, artinya rumah.

Maka di kala kita bicara soal bumi adalah soal rumah. Impiannya, pastilah punya omah yang resik. (rumah yang bersih). Sehat. Indah. Asri. Sejuk. 

Gambaran rumah yang baik, bukan soal dibangun dari apa?

Tetapi siapa yang ada di dalamnya. Bumi menjadi sangat baik, di mana kala yang menempati adalah orang-orang yang baik.

Paus Fransiskus dalam rangka peringatan Ensiklik Laudato Si, mengajak untuk mengembalikan fungsi sebuah bumi, sebuah rumah.

Untuk kehidupan kita bersama.

Paus mengajak kita membangun kesadaran.

Bertobat. Bertindak.

Memperlakukannya dengan kasih sayang agar kita dapat mewariskan bumi yang aman dan nyaman kepada generasi penerus di masa yang akan datang.

Tak ada alasan

Kita ini suka kurang ajar terhadap Tuhan. Diberi panas, kepanasan. Diberi hujan, kehujanan.

Mengeluh. Litani.

Baju tidak kering-kering. Serba repot.

Belum lagi kejahatan yang kita buat. Kejahatan-kejahatan itu dimulai dari yang sederhana.

Membuang sampah sembarangan, misalnya. Padahal, tempat sampah sudah disediakan.

Alam menjerit. Mengapa membuang sampah sembarangan?

Itu menyakiti bumi. 

Masuk dalam Pekan Laudato Si, kita diundang sebentar untuk menarik napas, Tuhan menyapa kita untuk melakukan apa?

“Kita bisa menanam tanaman di rumah kita. Di teras rumah. Tidak ada lagi alasan, tidak memiliki tanah. Kalau kita mau kreatif, pastilah bisa,” ujar Romo Ignatius Supriyatno MSF saat memimpin Misa Alam.

Misa alam ini dipersembahkan oleh Romo Ignatius Supriyatno MSF, Romo Philipus Suroyo Pr, dan Romo Stefanus Ruswan Budi Sunaryo MSF. Di hadiri sekitar 30 orang.

Usai misa, dilanjutkan makan siang bersama.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version