Home BERITA Pelatih Tinju dan Blind Spot

Pelatih Tinju dan Blind Spot

0
Ilustrasi - The Jauhari Window. (Ist)

Puncta 04.12.22
Minggu Adven II
Yes 11:1-10. Roma 15:4-9. Matius 3: 1-12

KITA masih ingat petinju-petinju top rank seperti Mohamad Ali, Mike Tyson, Manny Pacquiao dan yang lainnya. Berkat polesan Cus D’amato, Mike Tyson menjadi seorang juara dunia hebat. Sedangkan Mohamad Ali dilatih Angelo Dundee.

Dalam dua dasa warsa dari 1960-1981, Dundee dan Mohamad Ali menjadi legenda dunia tinju. Begitu pula Cus D’amato dan Mike Tyson adalah dua pribadi yang tak terpisahkan.

Karena tangan dingin para pelatih itulah muncul petinju-petinju hebat di muka jagad raya ini.

Semua petinju profesional mempunyai seorang pelatih. Bahkan petinju legendaris sehebat Mohamad Ali sekalipun, ia mempunyai seorang pelatih yang membantunya menjadi juara dunia tiga kali.

Kalau mereka diadu bertanding, jelas Dundee akan kalah dari Ali. Orang bisa bertanya-tanya mengapa Ali butuh pelatih jika jelas dia pasti menang melawan pelatihnya?

Ali atau Mike Tyson membutuhkan pelatih bukan karena pelatih mereka lebih hebat tetapi karena mereka membutuhkan seseorang yang dapat melihat apa yang tidak dilihatnya sendiri.

Pelatih dibutuhkan untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat sendiri oleh sang petinju.

Ruang dimana kita tidak dapat melihat dengan mata sendiri itulah yang disebut “Blind Spot.”

Kita hanya bisa melihat “blind spot” kalau ada bantuan orang lain. Dalam khazanah Jawa ada pepatah “Ngilo githoke dhewe.”

Ngilo itu bercermin. Githok itu leher bagian belakang yang tak tampak saat bercermin.

Pepatah itu mau berkata bahwa kita terlalu sering melihat kesalahan orang lain, tetapi tidak mampu melihat kesalahan sendiri.

Maka dibutuhkan orang lain yang bisa menasehati, mengarahkan, mengkritik dan menunjukkan kekurangan.

Tokoh-tokoh yang disajikan dalam bacaan hari Minggu Adven kedua ini bisa diibaratkan seperti seorang pelatih tinju. Nabi Yesaya mengingatkan bangsanya untuk percaya bahwa Tuhan akan mengutus seorang penolong yang akan membebaskan Israel.

Dialah Tunas yang keluar dari tunggul Isai, keturunan Daud, yang akan membawa damai sejahtera.

Yohanes Pembaptis juga datang untuk menyiapkan bangsanya menyambut Sang Mesias. Yohanes mewartakan semangat pertobatan dan pembaharuan hidup.

“Bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat. Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.”

Yohanes seperti seorang pelatih yang tahu ada blind spot di mata Israel. Pertobatan dan pembaharuan hidup itulah yang dinasehatkan.

Paulus juga mengingatkan kepada jemaat di Roma. Blind spot jemaat di Roma adalah tidak adanya kerukunan.

Maka Paulus mengingatkan, “Semoga Allah, sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus… Oleh karena itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita untuk kemuliaan Allah.”

Untuk bisa bertobat dan memperbaharui diri, kita membutuhkan orang lain, sama seperti seorang petinju membutuhkan pelatih yang andal.

Marilah kita mendengarkan nasehat, saran dan masukan orang-orang bijak di sekitar kita.

Baru kali ini piala dunia tanpa tim Jerman.
Mereka sudah tersingkir di babak penyisihan.
Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan.
Yesus Kristus memberikan segala pengampunan.

Cawas, marilah kita bertobat…

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version