Home BERITA Pelatihan Pembina Iman Anak di STFT Widya Sasana Malang

Pelatihan Pembina Iman Anak di STFT Widya Sasana Malang

0
Para peserta lokakarya pengajaran iman kepada anak-anak di aula STFT Widya Sasana Malang. (Panitia)

ADA banyak pertanyaan diajukan oleh para peserta pertemuan pendamping bina iman anak. Salah satunya diajukan oleh Ashya tentang anak yang terlalu sering bermain dengan HP. Sedangkan, Indy adiknya bertanya tentang perilaku tantrum. Keduanya pendamping bina iman anak dari Paroki SPMGK Katedral Malang.

Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik oleh para pemateri.

Hal ini terlaksana dalam acara yang digelar di aula STFT Widya Sasana Malang, Minggu 5 November 2023.

Kedua narasumber dalam lokakarya pengajaran iman kepada anak-anak di STFT Widya Sasana Malang. (Panitia)

Membina dan mengajar anak

Sebagai narasumber acara ini Tim Pelatihan dan Pembina Bina Iman Anak (PELITA) dari Jakarta. Pemateri pertama adalah Bu Pauline; bicara tentang membina dan mengajar anak. Ini diajarkan sebagai motivasi kepada para pendamping bina iman anak.

Pauline juga menekankan, tubuh kita masing-masing adalah alat peraga yang sempurna. Maka, ketika mendampingi anak-anak bina iman, kita harus berdiri dan menggerakkan anggota tubuh untuk jadi contoh bagi anak-anak. Mengajar, menyanyi -dengan gerakan anggota tubuh- akan mudah dihafal dan lebih tampak semangat.

Pada kesempatan ini juga diperagakan bermain peran dengan materi kutipan Kitab Wahyu 3:20. Dilakukan oleh seorang peserta dengan tim. Ini sebagai salah satu cara mengenalkan Sabda Allah kepada anak-anak.

Para peserta lokakarya pengajaran iman kepada anak-anak datang dari paroki-paroki dan sejumlah mahasiswa STFT Widya Sasana Malang. (Panitia)
Dosen STFT Widya Sasana Malang Romo Manik O.Carm tampil membuka gelaran acara pembelajaran tentang mengajar anak. (Panitia)

Tentang perkembangan karakter anak

Pemateri kedua oleh Bu Ari Herdi; bicara tentang perkembangan anak.

Ari menerangkan tentang perkembangan anak dari fisik, sosial-mental, emosional dan rohani anak. Diterapkan sesuai kelompok umur: 0-3 tahun, 3-6 tahun, 6-9 tahun, dan 9-12 tahun. Ia juga menenkankan perlunya melatih kemandirian anak sejak dini.

Contoh sederhananya mengajari mereka bagaimana memegang sendok, menyuapi diri sendiri. Contoh lainnya belajar memegang alat tulis untuk menggambar dan menulis. Mendampingi anak  bagaimana dan saat mereka sedang menggunakan HP; dalam artian kapan, berapa lama, dan aplikasi apa yang dapat dilihat.  

Supaya tidak bosan, para peserta lokakarya pengajaran iman anak diajak bermain dulu. (Panitia)

Langsung praktik

Pendek kata, kedua pemateri dapat menyampaikan materinya dengan baik dan interaktif; termasuk mengajak bernyanyi dengan gerakan yang sesuai pesan lagu. Peserta kelihatannya duduk diam dengan tenang, tapi sebenarnya sangat menyimak dengan baik. Hal ini terbukti, ketika pemateri bertanya peserta langsung dapat menjawab serempak.

Para peserta mayoritas berasal dari Bidang Pewartaan. Mereka para utusan dari paroki-paroki Dekenat Malang Kota 1; antara lain:

  • Paroki SPMGK Katedral Malang.
  • Paroki Santo Vincentius de Paul Langsep.
  • Paroki Santo Andreas Tidar.
  • Paroki Gembala Baik Batu.
  • Plus sejumlah frater mahasiswa STFT Widya Sasana Malang.

Total peserta lebih dari 120 orang.

Supaya tidak bosan, para peserta lokakarya pengajaran iman anak diajak bermain dulu. (Panitia)
Lokakarya pengajaran iman kepada anak-anak di aula STFT Widya Sasana Malang. (Panitia)

Acara dibuka oleh Romo Robert Pius Manik O.Carm, dosen STFT Widya Sasana Malang. Bisa terlaksana dengan baik. Para peserta juga sangat antusias menyimak setiap paparan para pemateri; termasuk latihan membuat prakarya di dalam kelompok hingga akhir sesi sore hari.

Respon positif dari para peserta

Ketika kepada Frater Win MSF diajukan pertanyaan tentang manfaat mengikuti acara ini, ia menjawab  berikut ini.

“Jadinya lebih mudah. Bisa belajar memahami dunia anak-anak, tidak hanya dalam teori, tetapi juga praktik dalam dunia anak.”

“Syukurlah sekarang bisa lebihmengenal karakter anak sekaligus dapat membina karakter mereka,” tutur Frater Jefri dari Keuskupan Palangka Raya.

Sesudah istirahat makan siang, para peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka diajak membuat prakarya dengan bahan diambil dari barang bekas. Dibentuklah sebuah model yang sesuai dengan tema kutipan Kitab Suci; terutama yang sekali waktu nantinya akan diajarkan untuk anak-anak bina iman atau Sekolah Minggu.

Para narasumber dan para peserta lokakarya pengajaran iman kepada anak-anak. (Panitia)

Mereka juga diminta membuat kurikulum bina iman; dengan menekankan tema, lagu, dan bacaan Kitab Suci. Juga diajak memotivasi mengembangkan ketrampilan karya anak-anak bina iman yang serasi untuk hari pelaksanaan. Misalnya tema tentang kasih, maka bacaan Kitab Suci dan lagu harus juga sesuai dengan tema kasih.

Kelompok-kelompok itu juga diminta memeragakan kutipan Kitab Suci sebagaimana dicontohkan dalam materi pertama.

Seorang peserta bernama Mega mempunyai seorang anak puteri. Ia merasa bersyukur bisa mengikuti acara ini. “Sungguh sangat bermanfaat,” katanya.

Ia langsung mempraktikkan “ilmu baru” tersebut bersama anaknya pada sore hari di rumah. Ia juga berniat membantu pelaksanaan bina iman anak-anak Katolik di lingkungan atau wilayahnya di mana dia bertempat tinggal.

Foto: Panitia

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version