“Kata Yesus kepada mereka, ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’” (Yoh 10, 32)
BEBERAPA waktu yang lalu, KA Progro jurusan Lempuyangan ke Pasar Senen dilempari batu oleh orang yang tidak dikenal, sehingga asisten masinis luka parah. Dalam kesempatan lain, Bus Hiba Utama yang berisi puluhan anggota Brimob juga dilempari batu oleh sekelompok ABG.
Pelemparan batu terhadap kendaraan umum oleh orang-orang yang tidak dikenal sering terjadi. Bahkan ada gedung sekolah dan tempat ibadah juga pernah dilempari batu. Pelaku pelemparan batu tersebut bisa perseorangan atau sekelompok orang. Mereka disebut pelempar batu yang tidak dikenal, karena segera melarikan diri dan bersembunyi serta tidak mau bertanggung jawab. Ada juga pelaku pelempar batu yang berani menunjukkan dirinya dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Sasaran pelemparan batu sesungguhnya tidak hanya terbatas pada kendaraan umum atau bangunan mati, tetapi juga bisa ditujukan kepada manusia yang hidup. Banyak orang pernah mendapatkan pelemparan batu. Pelemparan batu dilakukan sebagai hukuman terhadap para pezinah, seperti dialami oleh beberapa wanita yang tertangkap basah. Bahkan Yesus pun dilempari batu, karena banyak orang menuduh-Nya menghujat Allah.
Pelemparan batu juga sering terjadi di dalam kehidupan keluarga, sekalipun dalam bentuk berbeda, yakni dilempari piring, gelas atau benda-benda lain. Apapun dan siapapun yang dilempari, mereka belum tentu orang yang tidak baik sama sekali. Dalam diri mereka tentu masih terdapat hal-hal yang baik, seperti dialami oleh Yesus. Dia dilempari batu, sekalipun ada sekian banyak pekerjaan baik yang telah dilakukan untuk banyak orang. Seseorang melempari pohon mangga, karena dalam pohon tersebut bergerandulan banyak buah mangga yang baik.
Apa pengalamanku dalam hal ini: dilempari atau melempari batu? Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem?
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)