Home BERITA Pelita Hati: 05.09.2018 – Tak Boleh ‘Mandheg’

Pelita Hati: 05.09.2018 – Tak Boleh ‘Mandheg’

0

Bacaan Lukas 4:38-44

Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea. (Luk 4:42-44)

SAHABAT pelita hati,

Membaca pelita sabda hari ini, kita bisa membayangkan betapa Yesus sangat sibuk dengan beragam pengajaran dan pelayanan. Setelah mengajar di bait Allah Yesus langsung menuju  ke rumah Simon Petrus untuk menyembuhkan ibu mertuanya yang sakit demam. Dan tak lama kemudian banyak orang sakit dan kerasukan roh jahat dibawa kepada-Nya untuk minta disembuhkan. Dengan sabar dan setia Tuhan melayani mereka. Namun di siang hari Ia mencari tempat sepi untuk berdoa. Banyak orang tak mau Tuhan pergi dari mereka dan mencoba menahan-Nya. Namun dengan tegas Tuhan berkata, “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”

Sahabat terkasih,

Tuhan memberi contoh bagaimana kita harus berani meninggalkan kenyamanan diri atau “status quo” demi pelayanan kepada semakin banyak orang dan demi pengembangan pelayanan kita. Kita tidak boleh berhenti atau “mandheg” di suatu tempat harus berani membuka hati bagi pelayanan baru bahkan di tempat yang sama sekali baru. Berkat Tuhan harus dibagi kepada orang lain tak boleh berhenti di suatu tempat saja.

Sahabat terkasih,

Marilah kita meneladani Tuhan dalam bersikap dan bertindak agar hidup kita semakin berkembang dan pelayanan kita menjangkau kepada banyak orang. Jika kita melayani di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama tentu terasa nyaman namun bisa menjadi miskin dalam pengalaman dan tak memiliki cakrawala baru. Harus berani meninggalkan  yang lama dan memulai hal yang baru demi berkat-berkat yang baru pula. Tak boleh “mandheg”.

Angin sepoi di pinggir pelabuhan,
membuat hati tenang dan nyaman.
Sungguh mulia para pelayan Tuhan,
yang setia hingga di ujung zaman.

dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version