Sahabat pelita hati,
SALAM seroja, sehat rohani-jasmani, berkah Dalem.
Kini Yesus menegur orang-orang Farisi dengan nada sedikit keras, menyebut mereka sebagai orang munafik dan hanya memuliakan Allah dengan bibir bukan hatinya (bdk Mrk. 7:6). Mengapa? Orang-orang Farisi cenderung “sewot” terhadap orang lain. Mereka suka menilai dan mengkritik orang lain yang tidak menjalankan ibadah atau adat-istiadat Yahudi seperti yang mereka jalani. Mereka menganggap bahwa tindakan mereka yang paling benar sedangkan orang lain tidak alias mudah menyalahkan orang. Tuhan tak ingin kita mewarisi tabiat para Farisi ini. Tuhan tak ingin kita menjadi orang yang pandai bersilat lidah. Tuhan menghendaki kita memiliki hati yang memuji dan menyembah. Tak pernah mencari-cari kesalahan orang apalagi merendahkannya.
Sahabat terkasih,
Semoga kita mampu menjadi pribadi yang selalu digerakkan oleh hati, yang memuji dan menyembah serta menjauhkan diri dari sumpah serapah. Tak senang dipuja-puja tetapi mengutamakan hidup sahaja. Kesahajaan dan kesederhanaan inilah yang berkenan di hati Tuhan. Bukan dengan bibir kita memuji-Nya tetapi dengan hati kita menyembah-Nya. Semoga kita mampu mengusahakan. Tetap semangat dan berkah Dalem.
Makan bubur di pasar pagi, makin nikmat dengan sedikit kuah. Bukan dengan bibir kita memuji, tetapi dengan hati kita menyembah.
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Nya, ajaran mereka tak sesuai dengan kehendak Tuhan-Ku.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
1Raj. 8:22-23.27-30
Markus 7:1-13
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban — yaitu persembahan kepada Allah —, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.” (Mrk 7:1-13)