Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini berkisah tentang “Perumpamaan Anak yang Hilang” yang menyatakan betapa belas kasih Tuhan sungguh tiada batas. Hal ini digambarkan seperti seorang ayah yang menerima kembali anak bungsunya yang telah berdosa besar kepadanya. Walau si bungsu yang sejatinya tak terampuni dosanya dan tak termaafkan kesalahannya karena memaksa ayahnya untuk membagi harta warisan dan pergi menghabiskannya untuk hal-hal yang tak sepantasnya, sang ayah tetap menerima dengan penuh kasih. Sebenarnya si ayah berhak untuk menolaknya atau hanya menerimanya kembali sebagai hamba/budak. Namun di luar dugaan, sang ayah menerimanya kembali sebagai anak dengan pesta pora nan istimewa. Sebuah tindakan yang di luar kelaziman dan menimbulkan kemiarahan dari sang kakak.
Sahabat terkasih,
Bukan kali ini saja Tuhan menunjukkan belas kasih-Nya. Ia juga mengampuni seorang perempuan yang kedapatan berzinah, menjumpai orang kusta yang seharusnya dijauhi dan makan di rumah Zakeus kepala pemungut cukai yang dikenal sebagai pendosa dan dimusuhi masyarakat. Inilah wujud nyata belas kasih Tuhan yang berujung pada penyelamatan. Faktanya, semua orang itu mengalami penyembuhan, pertobatan dan penyelamatan. Sikap belas kasih Tuhan inilah yang hendaknya kita kembangkan, walau masih jauh panggang daripada api. Artinya, masih sering gagal dalam mengembangkan belas kasih kepada sesama. Semoga di masa prapaskah kita mampu mengusahakan sikap hidup yang berbelas kasih kepada sesama, juga yang jatuh dalam dosa namun berusaha bangkit memperbaikinya. Tetap semangat.
Ini dia si jali-jali, lagunya enak merdu sekali. Adikmu yang telah mati kini hidup kembali, ia yang telah hilang kini didapat kembali.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Mikha 7:14-15.18-20
Lukas 15:1-3.11-32
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk 15:1-3.11-20.28-32)