Bacaan: 1Tim. 2:1-8;Lukas 7:1-10
Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali. (Luk. 7:6-10)
SAHABAT pelita hati, Kisah seorang perwira kapernaum yang memintakan penyembuhan kepada Yesus untuk salah seorang hambanya adalah kisah indah dan menyentuh hati. Bayangkan, hamba atau budak (konteks zaman itu) Ia dibela oleh sang majikan dengan sedemikian rupa. Hamba adalah seorang budak atau seorang yang tak merdeka. Ia tidak dapat menikmati hak-hak – nya sebagai seorang pekerja atau manusia pada umumnya. Seorang hamba atau budak bisa diperjualbelikan oleh sang pemilik sekehendak hatinya, apalagi jika sudah dianggap tak berharga. Namun Sang Perwira ini memiliki hati mulia, ia sungguh memperhatikan kesejahteraan dan kesehatan hambanya. Lebih mengharukan lagi, ketika Yesus berniat datang menuju ke rumahnya, ia berseru “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Sebuah ungkapan yang menggetarkan hati Tuhan. Hati seorang perwira yang sungguh menghamba. Ia bukan saja rendah hati tetapi imannya teramat dalam. Kata-kata perwira Kapernaum inilah yang kemudian diabadikan oleh liturgi Gereja dan kita doakan setiap kali menyambut tubuh Kristus dalam ekaristi. Semoga kita tidak hanya menghafal “kata-kata’ Sang Perwira ini” di luar kepala, tetapi yang terpenting kita dapat menghayatinya dalam hidup sehari-hari terutama kepada orang-orang terdekat yang bersama kita dan sedang menderita.
Jangan senang mengumbar kata-kata. lebih baik ikut berjuang dan berpeluh. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)