Home BERITA Pelita Hati: 16.07.2018 – Kehilangan Nyawa

Pelita Hati: 16.07.2018 – Kehilangan Nyawa

0

Bacaan Matius 10:34-11:1

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Barangsiapa menyambut kamu ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.” (Mat10:38-40.42)

Sahabat pelita hati,

KINI kita berjumpa dengan ajaran Yesus tentang paradoks keselamatan, “yang mempertahankan nyawa akan kehilangan nyawa dan yang kehilangan nyawa akan memperolehnya” (ay.39).  Apa maksud dari paradoks itu?

Pertama, kehilangan nyawa berarti  berani berserah diri secara total kepada Tuhan. Ini berarti berani mempertaruhkan seluruh hidup kita bagi Tuhan.

Kedua, kita harus berani melupakan diri. Maksudnya rela melupakan kebanggaan diri, kepuasan diri maupun kesenangan yang selama ini kita nikmati. Inilah yang diteladankan Yesus kepada kita. Ia rela kehilangan harga diri-Nya demi penebusan dosa manusia, Ia rela direndahkan, dihina, disiksa dan akhirnya disalib. Jadi melupakan diri bukan berarti lupa diri atau out of control. Melupakan diri berarti membiarkan  kehendak Allah menjadi yang utama di dalam hidup kita. Selanjutnya, kehendak Allah itu harus kita laksanakan dalam hidup sehari-hari.

Ketiga, berani berkorban untuk Tuhan,  mempertahuhkan hidup bagi-Nya dan bersatu dengan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan  di dalam kehilangan kita menemukan Tuhan. Penggambaran paling jelas kita temukan dalam ilustrasi jika biji gandum tidak kehilangan dirinya alias mati tidak akan pernah tumbuh menjadi sebatang pohon gandum. Dengan kata lain, biji gandum mendapatkan kehidupan yang baru justru kalau dia membelah dirinya terlebih dahulu dan hancur di dalam tanah.

Sahabat terkasih,

Marilah kita mempertaruhkan hidup kita pada Tuhan dengan sepenuh hati. Ketika kita menjalani hidup dan tanggungjawab kita dengan sepenuh hati sejatinya kita sedang menaruhkan harapan kita pada Tuhan.

Bertanyalah jika tak mengerti,
agar kita tak salah arah.
Jika biji gandum jatuh ke tanah dan mati,
ia akan menghasilkan banyak buah.

dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version