Bacaan: Dan. 1:1-6,8-20, Lukas 21:1-4
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
Sahabat pelita hati,
KALI ini kita merenungkan kisah “Persembahan Seorang Janda Miskin” sebagaimana ditulis oleh penginjil Lukas. Kisah yang sama telah kita renungkan pada hari Minggu, 7 November 2021. Ia dipuji oleh Tuhan walau hanya memberikan uang persembahan sebesar dua peser. Peser atau dalam bahasa Yunani “lepton” adalah satuan mata uang Yahudi yang nilainya paling kecil. Satu peser konon nilainya setengah duit, sehingga dua peser berarti satu duit. Berapa nilai “satu peser/lepton” itu? Upah kerja sehari seorang buruh harian pada waktu itu adalah 1 dinar atau sekitar 128 peser. Karenanya persembahan “dua peser” adalah sangat kecil dan tak bernilai. Namun justru Tuhan memuji persembahan janda miskin ini.
Sahabat terkasih,
Janda sering dikelompokkan dengan anak yatim, kelompok lemah yang membututuhkan perlindungan. Sebagai janda yang miskin tentu saja ia termasuk sangat susah namun ia tetap memberikan semua uang yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. Bagi Yesus, pemberiannya merupakan yang terbesar dari semua pemberian orang kaya yang ada karena ia memberikan seluruh yang dimilikinya.
Sahabat terkasih,
Dari kisah persembahan janda miskin ini kita bisa menemukan beberapa pesan keutamaan,
- Tuhan tak menilai apa yang nampak di depan mata tetapi Ia menilai niat hati yang tersembunyi. Tuhan tak menilai banyaknya jumlah materi tetapi menilai semangat pengorbanan dan ketulusannya.
- Tuhan sungguh melihat iman si janda miskin itu. Kendati miskin dan berkekurangan dia tidak hanya menunggu uluran berkat dari orang lain tetapi berkehendak untuk terlibat memberi, tentu semampu yang dia punya. Lebih dari itu, ia memberikan segala yang ia miliki. Sikap ini mengajarkan bahwa yang berkekurangan pun tetap dapat berperan.
Sekali lagi, Tuhan tak menilai jumlahnya tetapi niat tulusnya, karena persembahan yang sesungguhnya bukan harta tetapi hati dan hidup kita. Marilah kita persembahkan hidup dan hati yang terindah kepada Tuhan. Tetap semangat dan berkah Dalem.
Patah kayu mudah disambungkan, kalau patah hati bisa berkepanjangan. Kami hunjukkan dan kami persembahkan, seluruh kebebasan dan kemerdekaan.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)