Bacaan: Dan. 2:31-45, Lukas 21:5-11
Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: “Apa yang kamu lihat di situ — akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.” (Luk.21:5-8)
Sahabat pelita hati,
KINI Tuhan sedang menubuatkan kehancuran bait Allah dan kota suci-Nya Yerusalem. Nubuat itu akhirnya memang terjadi. Kini bait Allah sudah tak dapat dilihat kemegahannya kecuali sisa-sisa tembok yang dikenal sebagi Tembok Ratapan, salah satu situs suci yang dikunjungi oleh para peziarah. Di tempat itu kita menyaksikan orang-orang Yahudi yang berdoa sambil memegang tembok dan meratapinya. Itulah tembok ratapan.
Sahabat terkasih,
Nubuat Yesus tentang hancurnya bait Allah membawa pesan penting bahwa segala kemegahan bangunan di dunia ini pada saatnya bisa hancur dan musnah. Tak ada yang abadi di dunia, termasuk tubuh dan badan kita serta hidup dan nyawa kita. Pada saatnya kita harus meninggalkan kefanaan dunia ini. Inilah bukti nyata bahwa hidup kita di dunia itu sementara. Akan tiba saatnya kita harus meninggalkan dunia ini.
Sahabat terkasih,
Pelita sabda kita hari ini membawa kita kepada sebuah kesadaran bahwa kita musti bijak menyikapi hidup dan kehidupan kita. Janganlah kita terlalu memuja dan mengagung-agungkan kemegahan dunia. Janganlah kita terlalu mengagung-agungkan materi duniawi. Pada saatnya semua akan kita tinggalkan dan pada saatnya semua akan berakhir. Karenanya kita tak boleh terlena pada hal-hal jasmani. Kita tak boleh terfokus pada hal-hal duniawi. Kita perlu memikirkan ‘hal-hal lain’ yang membawa kita kepada hidup di kelak kemudian hari. Dalam bahasa lain Tuhan mengajak kita untuk memikirkan “harta rohani atau harta surgawi”, yakni keutamaan hidup serta kebaikan yang tak lekang dimakan zaman dan tak pudar oleh waktu. Mari kita selangkah lebih maju, tidak hanya mencari apa yang kita butuhkan saat ini tetapi juga apa yang harus kita siapkan untuk hidup nanti, yakni menanam kebaikan dan keutamaan. Inilah “bait Allah” sejati. Bukan bangunan duniawi tetapi bangunan hidup rohani.
Dari Samarinda ke Balikpapan, berhias hutan di kiri-kanan. Taburkan keutamaan dan kebaikan, niscaya Tuhan sungguh berkenan.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)