Bacaan: Rm.8:12-17, Lukas 13:10-17
Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” (Luk.13:10-16)
Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini menyajikan “pentas” belas kasih Tuhan yang berhadapan dengan sikap kemunafikan kepala rumah ibadat Yahudi yang dapat digolongkan sebagai petinggi Yahudi. Di satu pihak Yesus mengedepankan ketulusan dan empati kepada perempuan yang menderita sakit belasan tahun, di lain pihak kepala rumah ibadat menggunakan tameng aturan untuk menyerang dan menyalahkan Tuhan.
Sahabat terkasih,
Bersamaan dengan itu, dengan amat keras Tuhan mengkritik sikap munafik kepala rumah ibadat yang bersembunyi di balik aturan-aturan agama dan tak peduli pada keselamatan orang yang menderita. Dengan kata lain Tuhan mau menunjukkan bahwa cinta dan belas kasih seharusnya menjadi dasar dari segala aturan dan hukum. Hukum yang diajarkan Tuhan adalah hukum cinta kasih. Karenanya cinta kasih harus mendasari seluruh hidup kita. Semoga pelita sabda hari ini mendorong kita untuk mengusahakan hidup berbelas kasih dalam bingkai ketulusan, terutama kepada yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan menderita. Semoga kita mampu mengusahakan dan mewujudkannya.
Ini kisah sugai Brantas, terpanjang kedua di pulau Jawa. Belas kasih Tuhan tiada batas, bagi yang beriman dan percaya.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)