Bacaan: Kisah 5:34-42, Yohanes 6:1-15
Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”(Yoh 6:8-14)
Sahabat pelita hati,
HARI ini kita berjumpa dengan kisah Yesus menggandakan roti. Yang khas dalam kisah ini adalah disebutnya seorang anak kecil yang dilibatkan dalam karya mujizat Tuhan. Disebutkan, dari roti jelai yang dibawa anak kecil itulah penggandaan roti terjadi sehingga bisa mencukupi limaribu orang. Dari yang lemah dan kecil itulah karya mujizat-Nya terjadi. Dari peristiwa ini, pesan keutamaan apa yang bisa kita renungkan?
Sahabat terkasih,
Dalam tradisi kala itu, seorang anak kecil dan kaum perempuan dikategorikan sebagai kelompok lemah, tak berdaya dan tak diperhitungkan. Jika mujizat yang begitu besar itu terjadi berkat peran seorang anak kecil yang lemah dan tak diperhitungkan berarti karya Allah itu bisa terjadi berkat orang-orang yang dikatergorikan lemah dan tak diperhitungkan. Karena itu janganlah suka meremehkan atau mendegradasi orang-orang yang dianggap lemah. Bukankah karya penyelamatan dan penebusan melibatkan orang-orang yang dikategorikan lemah? Lihatlah Maria dan Elisabeth. Mereka adalah perempuan-perempuan sederhana dan lemah namun dipilih Allah untuk menghadirkan penebus. Tuhan bisa memilih siapa saja untuk turut ambil bagian dalam karya besarnya tak terkecuali kita. Maka marilah kita selalu mensyukuri atas hidup dan panggilan kita sambil bersiap sedia untuk ‘dipakai’ Tuhan kapan saja dan di mana saja. Singkatnya, siapa pun orangnya dapat dilibatkan dalam karya penyelamatan Tuhan.
Buah matoa dan buah duku, semuanya manis kesukaanmu. Hanya ini Tuhan persembahanku, pakailah hidupku sebagai alatmu.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)