Sahabat pelita hati,
SALAM seroja, sehat rohani-jasmani, Berkah Dalem.
“Perumpamaan Anak yang Hilang” ini merupakan puncak dari tiga rangkaian perumpamaan sejenis. Yang pertama adalah “dirham yang hilang” dan “domba yang hilang.”
Garis pokok dari perumpamaan ini mementaskan maha belas kasih Tuhan yang tiada btas. Dilukiskan seperti seorang ayah yang menerima kembali anak bungsunya yang telah berdosa besar kepadanya. Sebelumnya, si bungsu memaksa ayahnya untuk membagi harta warisannya. Ia pergi menghabiskannya untuk hal-hal yang tak sepantasnya. Sebenarnya si ayah berhak untuk menolaknya atau hanya menerimanya kembali sebagai budak. Namun sang ayah menerimanya kembali, bahkan sebagai anak.
Bukan hanya itu, ayahnya mengadakan pesta pora secara istimewa. Sebuah tindakan yang di luar kelaziman. Dapat dipahami jika kakaknya menjadi marah dengan sikap ayahnya. Baginya tak sepantasnya menjamu dan menerima anak yang tidak tahu diri. Apalagi secara istimewa.
Sahabat terkasih,
Sikap ayah yang menerima si bungsu dengan penuh kasih mementaskan bentuk nyata belas kasih Tuhan yang tiada batas. Semangat belas kasih seperti inilah yang hendaknya kita warisi dan kita hidupi. Walau harus dengan jerih payah dan perjuangan. Tuhan sedang mengajarkan kepada kita untuk menjauhkan diri dari sikap mendendam. Bukan seperti anak sulung dalam kisah ini.
Semoga di masa prapaskah ini kita dapat memperbaharui diri dalam bersikap terhadap sesama. Tak mendendam kepada yang pernah berbuat salah. Tetap semangat dan berkah Dalem.
Semua mata memandang ke atas,
atraksi dirgantara begitu hebatnya.
Belas kasih Tuhan tiada batas,
yang berdosa dan bertobat diampuni-Nya.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Yos.5:9a.10-12
2Kor 5:17-21
Lukas 15:1-3.11-32
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk. 15:1-2,11-32)