Bacaan: Ayub 38:1.12-21; 39:36-38, Lukas 10:13-16
Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”
Sahabat pelita hati,
RASANYA aneh, karena hari ini Tuhan mengecam beberapa tempat atau lebih tepatnya kota, yang dikenal sebagai kota ternama. Kota-kota yang dikecam sejatinya masuk dalam kota-kota “khusus” atau kota-kota suci, yakni Korazim, Betsaida dan Kapernaum. Di tempat itulah Tuhan berulang kali datang mengajar dan berulang kali melakukan tindakan kasih-Nya melalui beragam mujizat. Tentu saja bukan kota-kota itu yang menjadi sasaran kecaman-Nya tetapi orang-orang yang tinggal di dalamnya. Singkatnya, walau pun Tuhan berulang kali mengerjakan mujizat di tempat itu tetapi orang-orang tak pernah bertobat dan percaya kepada Tuhan dan pewartaan-Nya. Tak pernah percaya bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah yang diutus ke tengah-tengah dunia. Justru karya Yesus yang berakhir di puncak salib Golgota tak terlepas dari peran orang-orang Yahudi yang selama ini menolak dan membawanya kepada penghakiman.
Sahabat terkasih,
Pelita sabda hari ini mau menegaskan bahwa keselamatan tidak ditentukan oleh status atau baptis yang telah kita terima. Memang baptis diyakini sebagai sakramen dasar yang membuka jalan menuju keselamatan dan sebagai pintu gerbang menuju surga abadi. Namun syaratnya adalah harus mewujudnyatakan baptis itu dalam hidup sehari-hari. Singkatnya, baptis bukanlah sekedar tempelan nama atau sekedar upacara formalitas belaka. Baptis harus diwujudnyatakan dalam sikap beriman yang benar yakni menjalani hidup doa dan ibadah serta tindakan keutamaan dan kebaikan. Apakah hidup kita sudah mencerminkan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai baptis itu? Singkatnya, baptis tak akan bernilai apa-apa jika hidup kita jauh dari penghayatan iman yang nyata. Marilah kita buktikan bahwa kita adalah penghayat iman sejati yang terwujud dalam sikap hidup sehari-hari agar nantinya layak menerima anugerah penyelamatan. Tetap semangat dan berkah Dalem.
Putih warna burung pelikan, menikmati segarnya kolam ikan. Iman tak hanya diungkapkan, tetapi harus diwujudnyatakan.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)