WAKTU bergulir dari masa lalu ke masa kini dan menuju ke masa depan. Yang lama cenderung ditinggalkan untuk menyongsong yang baru. Memang, itu tidak berarti bahwa yang lama tidak berguna lagi.
Tubuh manusia bisa bertahan hidup karena sel-sel lama yang rusak atau mati mesti diganti dengan yang baru. Itulah proses alamiah yang normal terjadi.
Bukan hanya kehidupan badani atau jasmani manusia yang perlu terus diperbarui. Unsur-unsur hidup rohani pun membutuhkan pembaruan. Mentalitas, hukum, dan semangat yang lama menuntut perubahan.
Orang-orang Farisi dan para ahli kitab bertanya kepada Yesus, “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang.
Demikian pula murid-murid orang Farisi. Tetapi, murid-murid-Mu makan dan minum.” (Lukas 5: 33). Artinya, mereka itu tidak berpuasa.
Dalam jawaban-Nya, Yesus tidak membela murid-murid-Nya, melainkan memberikan arti baru pada berpuasa. Jawaban-Nya itu menunjuk pada diri-Nya.
Pertama, para tamu dalam pesta tidak berpuasa pada saat mereka bersama mempelai pria (Lukas 5: 34). Berada bersama sang mempelai pria (Yesus) adalah saat bersukacita. Barangsiapa bersama Yesus menikmati sukacita-Nya.
Kedua, Yesus itu datang untuk membarui dunia. Dia membersihkannya dari dosa dan menyelamatkannya. Itu terjadi secara total menyeluruh; bukan tambal sulam (Lukas 5: 36-39).
Orang-orang yang ingin diselamatkan dalam Tuhan Yesus tidak bisa hanya menempelkan ajaran dan teladan-Nya pada cara hidup dan tradisi yang lama. Cara terbaik adalah mengubah seluruhnya sesuai dengan ajaran-Nya. Secara total dilakukan melalui pembaruan dalam Yesus, Sang jalan, kenenaran, dan hidup (Yohanes 14: 6).
Jumat, 2 September 2022