“PUJI Tuhan, keenam imam baru menyediakan diri menjadi imam diosesan. Inilah kegembiraan dan sukacita yang mendalam bagi keluarga,” ungkap Drs. Paulus Sumaji dalam sambutannya mewakili keluarga dari enam imam diosesan baru Keuskupan Agung Palembang (KAPal).
“Terima kasih kepada Bapak Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ yang telah berkenan menahbiskan putera-putera kami ini. Juga, terima kasih kepada para pembina di Seminari Menengah, Seminari Tinggi, tempat para putera kami ini telah belajar dan berproses menuju imamat,” lanjut Sumaji.
Pemerintah ikut hadir dalam perayaan iman yang agung ini. Kehadiran pemerintah dari Kementerian Agama Sumatera Selatan diwakili oleh Pembina Masyarakat (Pembimas) Katolik Sumsel Drs. Al. Supardi MM.
“Gereja Katolik Keuskupan Agung Palembang pantas bersuka cita karena telah hadir enam orang gembala dan pemimpin umat yang baru,” kata Supardi.
Kepada enam imam baru tersebut, Pembimas berpesan demikian. “Mereka agar terus mencari domba yang hilang, mempersatukan yang tercerai-berai, dan menghargai perbedaan. Dan yang terpenting, jadilah imam yang setia,” tegasnya.
Tidak lupa, tambahnya, “Sebagai wakil pemerintah, kami berharap agar para imam muda ini menjadi pelaku perdamaian di tengah masyarakat dengan mengedepankan Pancasila, UUD 1945, Bhinnneka Tunggal Ika, dan menjaga NKRI.”
Sepatu mereka sama
Kesempatan yang dinantikan umat adalah maklumat atau pengumuman resmi dari Bapak Uskup Agung KAPal bagi tugas pelayanan imam baru.
Mgr. Aloysius tidak menyampaikan sambutan. Yang mulia hanya berpesan kepada imam baru bahwa “mereka harus belajar menjadi imam bersama umat.”
Sebelum Mgr. Aloysius membacakan tempat tugas bagi para imam baru ditahbiskan, Yang Mulia bergurau, “Sepatu yang mereka pakai hari ini sama. Saya tidak bertanya siapa yang telah memberikannya,” katanya sambil senyum.
Tugas pastoral para imam baru
Berikut ini, tugas pastoral yang menanti enam imam diosesan baru (neomis) KAPal.
Romo Ignatius Sukari Pr asal Paroki Trinitas Bangusari OKU Timur – Sumsel.
Moto tahbisan imam kelahiran 6 Juni 1989 ini: “Tunjukkanlah selalu jalan lurus-Mu, ya Tuhan (Mzm 27:31)”.
Romo Sukari ditugaskan di Paroki Katedral St. Maria Palembang. “Tapi, Romo Sukari tidak boleh memelihara sapi,” kata Mgr. disambut tawa umat.
Romo Yohanes Agung Apriyanto Pr asal Paroki St.Petrus Kalirejo Lampung Tengah.
Imam yang menyelesaikan persiapan diakonat di Unit Pastoran St. Yohanes Maria Vianney Muko-muko Bengkulu ini memilih motto tahbisan: “Sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku (Yoh. 5:30)”
Romo Agung ditugaskan di Paroki St. Stefanus Talangbetutu Palembang. “Anda berkarya di wilayah yang memiliki lapangan terbang internasional,” kata Mgr. Aloysius.
Romo Markus Edi Sucipto Pr, imam kelahiran Sukabumi, 23 April 1987.
Ia memilih motto tahbisan: “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau (Yes. 43:6)”.
Romo Markus ditugaskan di Paroki St. Yoseph Palembang. “Romo Markus tetap kurus, padahal sudah lama tinggal di Paroki ini. Semoga Romo Markus ada perubahan nanti,” komentar Uskup Agung ini yang disambut tawa umat.
Romo Romanus Hadi Suryono Pr
Ia menyelesaikan pendidikan di Seminari Menengah Stella Maris Bogor dan memilih motto tahbisan: “Ia yang telah mengutus aku, Ia menyertai aku (Yoh 8: 29)”.
Romo Agung kelahiran Bumi Agung, 3 November 2087, ditugaskan di Paroki Penyelenggaraan Ilahi – Lubuk Linggau.
Kata Mgr Aloysius ini, “Romo Suryono tidak mau dipindahkan dari Lubuk Linggau.” Itu karena Romo Suryono menjalan masa diakonat di paroki yang sama.
Romo Yohanes Ongko Handoko Pr, imam kelahiran Ds Aro, 04 April 1989.
Masa diakonat ia jalani di SMA Seminari St Paulus Palembang. Romo Ongko memilih motto tahbisan: “Hatiku bersukaria, karena Tuhan (1 Sam 2:1)”.
Romo Ongko ditugaskan kembali di Seminari Menengah St. Paulus Palembang. “Romo Ongko di sana lagi, tapi bukan karena her (tidak lulus ujian),” seloroh Mgr. Aloysius.
Romo Aloysius Albertri Danier Pr.
Imam ini kelahiran Tanjung Enim, 14 Januari 1990 dan memilih motto tahbisan: “Dengan segala rendah hati, aku melayani Tuhan (Kis 20:19).”
“Romo Danier akan bertugas di kota dingin, Kota Curup Bengkulu. Romo Danier ditugaskan di Paroki St. Stefanus Martir Curup, Bengkulu,” kata Mgr. Aloysius Sudarso SCJ.
Sambutan neomis
Romo Ongko –nama lengkapnya Yohanes Ongko Handoko, maju ke mimbar mewakili teman-temannya memberi sambutan. Ia mohon dukungan dari umat sekalian.
“Mohon doa dari bapak ibu sekalian, tidak hanya hari ini tetapi untuk seterusnya sehingga kami semua boleh tidur sebagai imam dan bangun bangun sebagai imam,” harap Romo Ongko yang selama ini menjalankan masa persiapan diakonat di Seminari Menengah St. Paulus Palembang.
Sebagai wakill orangtua, Pak Sumaji mengatakan ini. “Kami berharap dan mendoakan kalian semua agar selalu setia dalam jalan imamat.”
Tidak lupa, di akhir sambutannya, Pembimas Sumsel, Bapak Supardi memberi sarana atau perangkat misa yang bisa digunakan dalam tugas pelayanan. Itulah tanda kasih pembimas Katolik Sumsel kepada masing-masing imam baru.
Tahbisan Imam Diosesan Baru Keuskupan Agung Palembang, Imam Harus Dekat dengan Tuhan