Renungan Harian
Jumat, 24 Desember 2021
Bacaan I: 2 Sam. 7: 1-5. 8b-12. 16
Injil: Luk. 1: 67-79
DALAM sebuah kesempatan menunggu tamu, saya berbincang dengan bapak bupati di ruang VIP Bandara. Saya berkesempatan ngobrol panjang lebar dengan bapak bupati, karena pesawat agak terlambat.
Dalam kesempatan itu beliau bercerita tentang masa kecil beliau.
“Pater, orang yang paling berjasa bagi hidup saya dan saya kira juga teman-teman sebaya di kampung adalah Pak Guru.
Saya berasal dari kampung, saat itu tidak bisa membayangkan bahwa saya dan teman-teman akan menjadi seperti ini.
Pater tahu bagaimana kami hidup di kampung. Bapak-bapak dan mama-mama, sering ke hutan mencari sagu dan berburu mencari makan untuk kami semua anak-anak.
Zaman dulu kami ditinggal sudah, kami urus rumah dan tinggal di rumah. Makan selalu tersedia bagi kami.
Sejak ada bapak guru, bapak guru yang urus kami semua.
Pater, bapak guru di kampung kami waktu itu bukan pertama-tama mengajar kami membaca dan berhitung, tetapi mengajar kami untuk hidup baik.
Kami diajar untuk membersihkan diri. Saya ingat, kami setiap pagi dan sore diajak bapak guru ke sungai untuk mandi.
Bapak guru bantu kami gosok badan dan kaki biar bersih. Bapak guru mengajar kami untuk membersihkan badan dengan baik.
- Bapak guru ajar kami cuci rambut, cuci pakaian, potong kuku semua tentang kebersihan.
- Bapak guru ajar kami bagaimana harus hormat pada orangtua, hormat pada teman dan bekerja bersama serta saling menjaga dan saling membantu.
Kemudian siang, bapak guru ajar kami membaca berhitung.
Dan menurut saya, hal yang paling penting bagi kami saat itu, bapak guru ajar kami untuk bermimpi, ajar kami untuk punya cita-cita.
Dengan begitu, bapak guru ajak kami untuk belajar sungguh.
Tidak jarang kami dihukum oleh beliau, sering kami dipukul pakai kayu karena kami nakal, tidak disiplin atau malas.
Bapak guru mau, kami semua menjadi “orang”, beliau selalu mengatakan pada kami, bahwa kebahagiaan beliau kalau melihat kami menjadi “orang”, kami hidup baik dan sukses meraih mimpi.
Pater, bapak guru ini membuka jalan bagi kami anak-anak kampung untuk mengenal dunia lebih luas; mengenal masa depan yang lebih baik dan cerah.
Kami dididik untuk bisa bekerja keras, tidak mudah menyerah dan berani berjuang. Luar biasa jasa beliau bagi kami anak-anak kampung ini.
Saya sendiri tidak bisa membayangkan seandainya dulu tidak ada bapak guru yang datang dan tinggal di kampung; mungkin saya sekarang masih di kampung dan tidak jadi Bupati.
Bapak guru sungguh-sungguh mempersiapkan jalan masa depan bagi kami anak-anak kampung.
Maka sampai sekarang kami selalu hormat pada beliau, seperti orangtua kami sendiri.”
Kesaksian bapak bupati tentang peran guru sebagai pembuka jalan kehidupan masa depan lebih baik.
Sebagai terang bagi anak-anak kampung untuk berani bermimpi akan kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, Yohanes disebut sebagai pembuka jalan bagi datangnya Sang Terang, Sang Penyelamat.
“Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.”