“Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.’” (Yoh 14, 6)
KURANG lebih 150 tahun yang lalu, konon kisahnya, ada orang India yang bernama Mukti tinggal di Kauman, Kebumen. Dia menitipkan pohon jenitri atau rudraksa (air mata Dewa Siwa) kepada seorang santri dan mengajarinya untuk menanam dan merawatnya. Ketika pohon itu berbuah, Mukti membelinya dengan harga tinggi dan membawa buahnya ke India.
Tanaman jenitri akhirnya semakin diminati dan banyak orang mulai menanamnya. Masyarakat Desa Penusupan akhirnya beramai-ramai menanam jenitri. Pohon ini akhirnya banyak juga ditanam di berbagai tempat di Indonesia, sehingga Indonesia dikenal sebagai penghasil buah jenitri yang terbesar.
Mukti mungkin tidak datang sendirian, tetapi bersama temannya. Dalam hal ini, Mukti merupakan pembuka jalan tumbuh dan berkembangnya pohon jenitri di Kebumen. Selain Mukti, ada banyak orang yang sering berperan seperti itu, yakni sebagai pembuka jalan dalam hal yang lain. Transmigran merupakan pembuka jalan bagi saudara atau tetangga dalam memasuki daerah yang baru. Seorang direktur sebagai pembuka jalan bagi saudaranya untuk bekerja di tempat yang sama. Seorang religius sebagai pembuka jalan bagi saudaranya untuk mengikuti jejaknya. Misionaris merupakan pembuka jalan tumbuh dan berkembangnya iman kristiani. Banyak orang berperan sebagai jalan bagi saudara atau sesamanya untuk memulai sesuatu yang baru atau mewujudkan hidup yang lebih sejahtera.
Yesus pun merupakan jalan bagi manusia untuk sampai kepada Allah Bapa. Mereka yang percaya pada-Nya akan selamat. Dalam hal apa, saya juga berperan sebagai jalan bagi saudara dan sesamaku? Jalan menuju kebaikan dan keselamatan atau jalan menuju pada kejahatan dan kehancuran? Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)