Waduh, dalam hati aku bingung. Tapi untungnya, tiap ada pertanyaan yang tak terduga dan tiba-tiba datang, refleks dan instingku cepat main. Entah dari mana, otomatis mabuk secara mendadak tanpa minum apapun. Lalu kujawab: “Everybody dilahirkan dengan potensi leadership, tapi lebih banyak unsur leadership berkembang melalui latihan-latihan.”
“Maka tantangannya,” aku lanjutkan, “tiap pribadi mesti bisa jadi self-leader. Dan bersamaan dengan itu, ia melatih diri memimpin orang lain. Tapi yang terpenting, belajar memimpin diri sendiri. Mengapa? Sebab, orang yang paling sulit untuk dipimpin sebenarnya adalah dirinya sendiri.”
Lalu muncul respons darinya: “Aku sedang di Aceh memberi training para kepala sekolah. Adakah referensinya?”
Untunglah aku masih ingat pahlawan-pahlawan Aceh. Dan kutulis spontan saja: “Kan di sana ada Tjut Nyak Dien dan Teuku Umar. Mereka adalah pemimpin yang hebat. Tetapi yang paling hebat dari diri mereka adalah memimpin diri sendiri, menaklukkan nafsu-nafsu pribadi, melayani demi kepentingan orang lain, bukan egois.
Padahal (setahuku), mereka berasal dari noble familiy. Merekalah guru dan pemimpin sejati. Secara vertikal hati mereka dekat dengan Tuhan dan secara horisontal hati mereka dekat dengan rakyat jelata. Seorang pemimpin sejati akan rendah hati mengakui bahwa hidupnya dipimpin oleh Tuhan sendiri. Seorang guru sejati juga rendah hati, bahwa gurunya tiada lain adalah Tuhan sendiri. Maka tugas melayani orang lain di dunia adalah sebentuk amanah yang dijalankan secara total dengan seluruh jiwa. Mengapa dengan seluruh jiwa? Sebab, itu adalah amanah Tuhan.”
Aku mengakhiri pesanku: “Aku ada kelas lagi. See you.”
Jeda kuliah sudah selesai. Aku masuk kelas lagi. Dan ketika sebentar tadi aku sempat membuka sebuah situs di internet, kutemukan kata-kata berikut ini: “Show me the man you honor, and I will know what kind of a man you are. It shows me what your ideal of manhood is, and what kind of a man you long to be” (Thomas Carlyle, British historian and essayist, 1795-1881).
Pemimpin, dalam kapasitas apapun, adalah pribadi berkarakter. Maka, selain benih karakter dan kepemimpinan yang sudah ditanam oleh Tuhan di dalam diri tiap-tiap pribadi manusia, dibutuhkan pula latihan sehingga benih itu tumbuh dan berkembang.
Sri Lanka, Dec 2, 2011
Thank you so much, sir. Your article is very useful and inspired me.