Selasa 14 November 2023.
- Keb. 2:23-3:9;
- Mzm. 34:2-3,16-17,18-19;
- Luk. 17:7-10.
HARI-hari ini kita disuguhi tontonan yang begitu menyedihkan. Setelah mengikuti arahan untuk tidak grusa-grusu dalam memilih calon pemimpin negeri ini. Muncullah jawaban arahan yang didengung-dengungkan: aja kesusu, aja grusa-grusu, jangan tergesa-gesa dalam menjatuhkan pilihan.
Awalnya banyak orang merasa bahwa pimpinan kita ini cukup prudent, sangat hati-hati dalam mengambil keputusan bagi bangsa dan negara ini.
Namun banyak orang menjadi kecewa karena selama ini hanya drama, akhirnya muncul motif sebenarnya bahwa ada ketakutan kehilangan kekuasaan. Kekuasaan yang selama ini dipegang dianggap milik pribadi. Kekuasaan itu menyenangkan dan memabukkan.
“Adigang, adigung, adiguna” inilah wajah yang hadir nyata setelah lama menunggu, setelah bersama-sama sabar menunggu, setelah ora grusa-grusu.
Adigang, adigung, adiguna merupakan suatu istilah yang ada dalam peribahasa Jawa yang secara umum memiliki arti menyombongkan kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian yang dimiliki.
Tontonan ini menjadi drama yang naif karena diujung jalan kekuasaan itu ada batas-batas aturan hidup berbangsa dan bernegara yang diterjang demi memuluskan jalan untuk selalu memeluk kekuasaan.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?”
Seorang pemimpin itu adalah seorang pelayan, seorang hamba bagi para rakyat yang telah memberinya mandat. Pemimpin itu menjalankan kekuasaan atas izin rakyat.
Yesus mengajarkan bagaiamana hubungan yang terjadi antara hamba dan tuan. Yesus hendak menekankan kepada para muridnya apa artinya menjadi seorang hamba dan bagaimana sebenarnya menjadi seorang hamba itu.
Dengan menjadi hamba berarti, seseorang mempunyai ikatan yang erat dengan tuannya. Seorang hamba haruslah senantiasa menyukakan hati tuannya.
Yesus melalui bacaan Injil hari ini, mengajarkan kepada para murid untuk hidup sebagai seorang hamba.
Hamba yang taat dan penuh kerendahan hati dalam tugas sebagai orang-orang yang terpanggil.
Hamba itu bukan pemilik kekuasaan namun pelaksana dan pelayan bagi sang pemberi kuasa.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku setia dan tetap menjunjung tinggi pelayanan yang sesuai dengan kehendak pemberi mandat?