- Bacaan 1: Ibr. 2:14-18
- Injil: Mrk. 1:29-39
Selama masih hidup di dunia, manusia banyak mengalami masalah dan pergumulan hidup. Ada penderitaan batin dan fisik seperti sakit, kemiskinan, gangguan roh jahat dan sebagainya. Hal ini tampak jelas dalam kisah injil hari ini.
Banyak orang datang berbondong-bondong mengunjungi rumah Simon Petrus dimana Tuhan Yesus sedang berada disitu. Mereka semua memiliki masalah hidup dan meminta pertolongan kepada Tuhan Yesus agar dibebaskan dari penderitaan tersebut. Seluruh penduduk kota berkerumun di depan pintu.
Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.
Demikian tulis penginjil Markus.
Tuhan Yesus juga mengajak dan mengutus kita semua para pengikut-Nya untuk berempati, pergi bermisi mewartakan Kabar Sukacita Keselamatan Allah.
“Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”
Melalui Tuhan Yesus, Allah hadir dalam identitas kemanusiaan-Nya.
Allah sangat berempati dan turut merasakan penderitaan manusia. Tuhan Yesus mengalami pencobaan yang bahkan melampaui ukuran penderitaan manusia dengan wafat di kayu salib, untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa.
Melalui kisah sengsara, kematian di kayu salib, wafat dan kebangkitan-Nya, Allah telah menjadikan Tuhan Yesus sempurna dalam melaksanakan tugas pengutusan-Nya.
Dalam peneguhannya kepada setiap orang Kristen yang sedang mengalami penderitaan, penulis surat Ibrani mengatakan,
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.”
Pesan hari ini
Melalui kisah sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, Allah Bapa telah menjadikan Tuhan Yesus sempurna dalam melaksanakan tugas pengutusan-Nya.
Allah turut berempati pada penderitaan manusia, dan kasih-Nya yang sempurna itu ditunjukkan dalam kemanusiaan Tuhan Yesus.
“Empati adalah melihat dengan mata orang lain, mendengarkan dengan telinga orang lain, dan merasakan dengan hati orang lain.”