BAIT Allah di Yerusalem itu rumah doa. Di sanalah banyak orang berkumpul untuk menyembah Allah. Namun sebagian orang Yahudi malah telah membuatnya menjadi tempat berdagang dan sarang penyamun.
Itulah sebabnya Sang Guru Kehidupan mengusir para pedagang yang berjualan di sana.
Ia berkata, “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Luk 19: 46).
Ada dua kegiatan yang saling berseberangan dilakukan di sana. Berdoa dan berdagang.
Berdoa berarti menyembah Tuhan, Sang Kebenaran.
Berdoa itu menghadap Tuhan; mempersembahkan hidup kepada Tuhan. Yang dipersembahkan adalah segala yang baik.
Hati yang bertobat pun berkenan kepada Tuhan.
Kegiatan kedua adalah berdagang.
Waktu itu dilakukan dalam rumah ibadah. Sama saja dengan memanfaatkannya secara sembarangan. Kegiatan itu biasanya rentan dengan pelbagai tipu muslihat; menaikkan harga seenak jidat demi keuntungan berlipat-lipat.
Sungguh jahat.
Sambil mengusir mereka, Sang Guru Kehidupan menegaskan fungsi asli dan suci dari Bait Allah. Lokasi rohani yang tidak boleh digunakan untuk mencari keuntungan materi.
Dengan itu Ia menampilkan peran-Nya sebagai nabi, utusan Tuhan.
Ia melawan segala praktik jahat dan tidak adil yang bertentangan dengan kebenaran, kasih dan keadilan.
Risikonya, berhadapan dengan mereka yang berkuasa dan punya kepentingan terselubung, termasuk pelaku korupsi atau tindakan tidak adil lainnya.
Drama itu masih terjadi saat ini. Bukankah banyak lembaga yang mengatasnamakan agama menjadi sarang penyamun, pencuri, perampok; bahkan teroris?
Hati-hati. Sebagian agama telah disusupi orang yang berlaku seakan-akan pendoa, padahal penyamun.
Jumat, 19 November 2021
RP Albertus Agung Herwanta, O. Carm.