Yesus sadar, Ia akan menderita, sesuai dengan kehendak Allah BapaNya, tetapi Yesus juga sadar, ia akan mengalami semua penderitaan itu karena Ia mengasihi para murid dan semua manusia. Perjamuan Terakhir menjadi saat Tuhan Yesus menunjukkan bahwa manusia berdosa itu berharga di mataNya. Tuhan Yesus meneruskan karya Allah, BapaNya; bekerja keras sepanjang sejarah untuk menyelamatkan manusia. Dalam Kel. 12 (Bac. I), Allah menandai, memisahkan bangsa Israel dari orang Mesir dan menjadikan mereka anak sulung bagi Allah. Dalam Perjamuan Malam, Yesus menunjukkan kepada para murid: mereka, orang-orang berdosa, berharga dan layak dilayani oleh Tuhan. Bahkan, lebih dari itu: diberi makan roti rohani dan dibersihkan dari dosa dengan sengsara dan kematian Yesus.
Itu yang dilakukan Yesus kepada kita, tiap kali kita merayakan Ekaristi. Yesus mengasihi kita, melayani kita, memberi terang, arah hidup kepada kita. Hal itu ditegaskannya kembali pada salib. Ia menyerahkan diri, mengurbankan diri bagi kita, memberi hidup kepada kita. Jadi tiap kali kita merayakan Ekaristi, Tuhan mengasihi, melayani, memberi terang kepada kita. Tuhan juga menyerahkan hidupNya untuk menyelamatkan hidup kita. Tetapi kadang-kadang kita mengeluh, dalam Ekaristi kita tidak mendapat apa-apa. Adanya cuma ngantuk, bosen.
Ada sebuah biara besar yang dahulu terkenal. Banyak orang muda melamar untuk menjadi anggota. Gereja mereka bergema oleh nyanyian indah para rahib dan banyak orang berbondong-bondong datang untuk menimba kesegaran rohani disana. Tetapi sekarang, biara itu kosong dan sepi. Hamper tidak ada anggota baru; orang tidak lagi berkunjung dan segelintir rahib yang bertahan melakukan tugas mereka dengan berat hati. Abbas, kepala biara itu, pergi menemui seorang petapa suci di pertapaannya. Dia bertanya: “Apa dosa kami sehingga biara kami mengalami kemerosotan seperti ini?” Petapa itu menjawab: “Dosa ketidak perdulian!” “Itu dosa seperti apa?” :Seorang dari kalian itu Mesias yang menyamar dan kalian tidak perduli akan hal ini!”
Abbas itu pulang dengan hari berdebar. Mesias kembali turun ke dunia dan ada di biaranya! Bagaimana mungkin dia, Abbas yang berpengalaman tidak mengenalinya? Siapa kira-kira dia itu? Bruder koki, bruder koster? Bruder ekonom? Rasanya bukan. Mereka penuh kekurangan. Tapi petapa itu mengatakan dia menyamar. Apakah cacat dan kelemahan itu bagian dari penyamarannya? Semua anggota biaranya punya cacat.
Dan salah satu dari mereka adalah Mesias! Sampai di biara, ia mengumpulkan para rahib dan menceritakan berita dari sang petapa itu. Mereka saling pandang dan tidak percaya. Mesias? Ada disini? Salah satu dari kita? Rasanya sulit dipercaya. Tapi dia menyamar. Jadi bisa saja dia memang ada disini. Tapi yang mana? Si ini? Si itu? Karena tidak dapat mengenal yang mana Mesias, maka mereka mencoba memperlakukan setiap orang dengan hormat dan baik. “Siapa tahu.” Kata mereka dalam hati; saat mereka bergaul satu sama lain diantara mereka. “Barang kali dia ini Mesiasnya.”
Akibat semua ini, suasana di biara menjadi penuh semangat pelayanan. Suasana menjadi menyenangkan dan membahagiakan. Tak lama, kembali orang-orang muda datang melamar untuk bergabung dan Gereja kembali bergetar oleh kidung suci dan riang dari para rahib yang mengumandangkan semangat kasih.
Kita kehilangan semangat dalam Ekaristi? Semua berjalan membosankan? Ekaristi tidak memberi pengaruh dalam hidup harian kita? Jangan-jangan kita kehilangan Kristus dalam hidup kita. Lihat lah orang-orang terdekat andaPandanglah orang-orang di sekitar anda. Dapat kah anda kenali Kristus diantara mereka? Anda tidak menemukan Kristus diantara mereka? Kalau begitu, mulai lah membasuh kaki mereka. Karena pelayanan kasih yang kita lakukan, akan berikan memberikan terang kepada yang kita layani. Dan Kristus sendiri yang akan hadir dan memberikan hidup kepada semua yang kita layani. Sehingga kita akan menemukan Kristus hidup dalam diri mereka dan mereka akan menemukan juga Kristus hidup dalam diri kita. Amin.