Home BERITA Pendosa yang Dipanggil Tuhan

Pendosa yang Dipanggil Tuhan

2
Ilustrasi: (Ist)

Selasa, 21 September 2021

Ef.4:1-7.11-13.
Mzm.19:2-3.4-5.
Mat. 9:9-13

ADA orang yang merasa tidak nyaman, jika harus bergaul dengan orang-orang yang menurut kita kurang baik. Yakni, orang yang dianggap cacat secara moral dan sosial, seorang pendosa.

Banyak pertimbangan di balik sikap ini: takut dianggap jahat seperti orang-orang itu. Takut diperlakukan secara tidak baik oleh orang-orang itu. Juga merasa tidak pantas untuk bergaul dengan orang semcam itu.

Memang kebih enak dan nyaman bergaul dengan orang yang namanya baik, terkenal, dan murah hati bukan trouble maker.

“Saya memang brengsek, tetapi saya tidak akan pernah membuat masalah dengan Gereja,” kata seorang bapak.

“Banyak orang-orang gereja telah banyak membantu saya sekeluarga,” lanjutnya.

“Bukan soal materi semata, namun telah mengangkat moral, harkat dan martabat keluarga saya,” ujarnya.

“Ketika saya di lapas, isteri saya diperbolehkan jualan kecil-kecilan di tanah milik gereja, anak-anakku mendapatkan bea siswa,” lanjutnya.

“Setiap kali kunjungan ke lapas, anak-anakku cerita tentang kegiatan gereja, dan sikap perhatian umat pada keluarga kami,” katanya lagi.

“Sikap dan kebaikan Gereja seperti inilah yang membuat saya merindukan Gereja dan umat yang lain,” ujarnya.

“Setelah keluar dari lapas, saya selalu menyisihkan waktu untuk berbuat baik pada Gereja. Meski hanya menyapu halaman, atau membuang sampah. Namun itu sudah menjadi niatku, berbuat nyata bagi Gereja,” katanya.

“Apa yang aku lakukan membuat orang senang dan semakin menyambut baik kami sekeluarga,” lanjutnya.

“Dalam keheningan, kadang muncul rasa malu saat dianggap baik padahal aku adalah pendosa yang hebat, hanya saja Allah sedang mendandaniku,” katanya.

Dalam Injil hari ini, diceritakan bahwa Yesuslah yang mendatangi Matius, bukan sebaliknya.

Hal ini penting untuk ditekankan karena inti dari perikop hari ini adalah “Yesus datang untuk memanggil orang berdosa.”

Setelah melihat Matius, Yesus mengajak dia untuk menjadi murid-Nya dan panggilan ini langsung ditanggapi secara positif oleh Matius. 

Persoalan yang sering kita hadapi adalah kita sering kali berbantah-bantah dengan Tuhan dan tidak bisa langsung setuju untuk mengikuti kehendak Tuhan.

Ada banyak pertimbangan dalam hati ketika suara Tuhan memanggil kita.

Saya mau ikut Tuhan, tapi bagaimana dengan keadaan keluarga saya?

Saya mau ikut Tuhan, tapi bagaimana dengan masa depan saya, dan dengan pekerjaan saya saat ini?

Belum lagi beban batin atas kenyataan bahwa memang kita ini pendosa.

Namun dalam situasi seperti itu, kita mesti ingat bahwa Tuhan datang bukan untuk memangil orang benar, melainkan orang yang berdosa.

Apakah kita bisa bersikap terbuka akan panggilan Tuhan?

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version