Renungan Harian
Jumat, 09 April 2021
Bacaan I: Kis. 4: 1-12
Injil: Yoh. 21: 1-14
BEBERAPA waktu lalu kita dikejutkan dengan berita bencana banjir dan tanah longsor di Nusa Tenggara Timur. Bencana yang memporak-porandakan daerah di Adonara dan Lembata.
Banyak rumah yang hancur dan tertimbun material, pun pula ada banyak korban jiwa, baik yang sudah ditemukan maupun yang masih dalam pencarian.
Berita yang menyedihkan, dan pasti memberikan duka yang mendalam bagi keluarga-keluarga yang terdampak.
Tak terbayang duka yang dialami oleh saudara-saudara yang tertimpa bencana. Mereka kehilangan saudara, tempat tinggal, sumber penghasilan dan harus hidup dalam pengungsian.
Mereka hari-hari ini belum tahu bagaimana harus menghadapi hari-hari selanjutnya.
Di balik berita-berita yang menyedihkan di Nusa Tenggara Timur itu, di media sosial beredar berita bahwa di salah satu gereja, yang terdampak oleh bencana, meski di dalam gedung gereja porak poranda, tetapi patung Yesus, Bunda Maria dan Salib Yesus tetap berdiri tegak.
Kejadian itu dianggap oleh umat di sana sebagai mukjizat. Ada sebuah video yang menunjukkan bagaimana seorang umat yang menangis bersyukur melihat peristiwa itu.
Peristiwa adanya “mukjizat” yang dialami oleh umat di situ sudah barang tentu tidak menghilangkan kenyataan adanya bencana, tidak pula membuat keadaan masyarakat di sana menjadi lebih baik.
Keadaan mereka sebagai korban bencana dengan segala duka dan penderitaannya tetap ada.
Namun demikian peristiwa itu memberikan peneguhan iman dan harapan bagi umat yang mengalaminya.
Di balik duka dan derita mereka masih bisa mengalami syukur dan kebahagiaan dengan adanya peristiwa itu.
Sehingga kiranya pengalaman itu menjadi kekuatan dan penghiburan untuk menjalani hari-hari yang amat berat di depan.
Tuhan punya cara-Nya sendiri untuk meneguhkan umat-Nya agar tidak menjadi kehilangan harapan dan putusasa. Cara Tuhan hadir dan meneguhkan lewat peristiwa ke seharian yang mungkin bagi banyak orang kelihatan biasa dan remeh, tetapi bagi yang peka menjadi mukjizat dalam hidup.
Sebagaimana Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes, para murid diteguhkan dengan kehadiran Yesus dalam peristiwa kehidupan mereka sehari-hari.
“Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.”
Bagaimana dengan aku?
Adakah kemampuan untuk mengalami dan merasakan sentuhan Tuhan dalam hidupku sehari-hari?