PENEMBAKAN yang menewaskan Pastor Mark Ventura di Provinsi Cagayan, kawasan Filipina Utara dan masih wilayah Keuskupan Agung Tuguegarao hingga hari Selasa tanggal 1 Mei 2018 masih menuai protes dan duka dari berbagai kalangan.
Selain pernyataan keras dirilis oleh Konferensi Wali Gereja Pilipina (CBCP) yang mengutuk keras penembaka ittu sebagai kejahatan tragis, hari Senin (30/4) kemarin, Uskup Agung Tuguegarao Mgr. Sergio Utleg mengeluarkan pernyataan lebih keras lagi. Menurut beliau, penembakan yang menewaskan Pastor Mark Ventura adalah tindakan brutal dan pengecut.
“Kita baru saja kehilangan seorang imam muda yang tekun dan berdedikasi, seorang imam yang bersedia terjun membaur diri dengan domba-dombanya. Ia ditembak terkena peluru pembunuh, usai merayakan misa dan dalam persiapan mau membaptis anak-anak,” kata Mgr. Sergio Utleg.
“Di sini telah terjadi pembunuhan secara bebas di negara kita. Semoga ini yang terakhir, ” tegas Bapak Uskup Utleg.
Komisi HAM Pilipina: Rezim kejam
DSekretaris Jenderal Komisi Hak Asasi Manusia Cristina Palabay mengatakan, Pastor Ventura kemungkinan sudah menjadi target pembunuhan berencana. Itu lantaran dedikasi dan pendiriannya melawan eksplorasi pertambangan dan komitmen pastoralnya selalu mau mendampingi dan membela hak-hak dan kepentingan masyarakat adat.
“Tidak ada keraguan ada kecenderungan dan menjadi tren di mana imam atau umat lalu dianiaya dan dibunuh, karena perjuangan dan keterlibatan mereka memperjuangkan HAM,” kata Palabay.
“Ketika Gereja berdiri bersama kaum miskin, maka orang itu akan menjadi target pembunuhan,” tegasnya kemudian.
Pastor Mark Ventura adalah imam Filipina kedua yang dibunuh dengan cara ditembak, setelah empat bulan sebelumnya –tepatnyaDesember 2017—imam aktivis sosial Pastor Marcelito Paez dieksekusi dengan cara ditembak di Jaen, Nueva Ecija.
Palabay kembali menegaskan, kebrutalan yang telah menewaskan Pastor Mark Ventura dan Pastor Marcelito Paez mengingkatkan kita akan ribuan orang Pilipina yang telah dibunuh tanpa melalui proses hukum yang adil dan benar oleh rezim yang kejam.
“Tubuh Pastor Ventura yang sudah tak bernyawa dan tergeletak di lantai di depan altar itu telah memperlihatkan sebuah adegan keji. Di depan anak-anak kecil yang menjadi saksi mata telah dipertontonkan insiden pembunuhan berdarah dingin, sebuah perbuatan yang keji, jahat, dan biadab. Di situ nyata ada tindakan pengecut dari pelaku laki-laki yang bertopeng dan itu terus akan terjadi di era rezim fasis ini,” tegas Palabay.
Sementara itu, Ketua Partai Liberal Francis Pangilinan menegaskan, kematian Pastor Mark Ventura memberi pelajaran kepada kita.
“Penyerangan seperti yang telah dialami Pastor Mark tidak akan mendapat tempat di hati masyarakat Filipina; apalagi di bawah pemerintah yang dengan bangga selalu memprioritaskan hukum dan aturan dengan terus mengumbar berkurangnya tingkat kejahatan,” kata Pangilinan.