Home BERITA Penerbit Kanisius: Seminar Pancasila untuk Wujudkan Peradaban Kasih

Penerbit Kanisius: Seminar Pancasila untuk Wujudkan Peradaban Kasih

0
Penerbit Kanisius seminar Pancasila. (ist)

PT KANISIUS menggelar seminar dan bedah buku bertajuk “Pancasila sebagai Orientasi Mewujudkan Peradaban Kasih”, Jumat (11/5) di Auditorium Kampus II Universitas Atma Jaya  Yogyakarta (UAJY). Hadir sekitar 700 peserta memenuhi tempat itu, sebagian besar adalah mahasiswa dan dosen dari berbagai Perguruan Tinggi, selebihnya adalah masyarakat umum.

Tampak hadir juga anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang hadir atas nama pribadi.

 Radikalisme

Seminar menghadirkan tiga narasumber yakni:

  • Yudi Latif, MA.,Ph.D, Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasill.
  • Kardinal Julius Darmaatmaja, SJ.
  • Bernadus Wibowo, M.Hum, dosen UAJY).
  • Methodius Kusumahadi, Satunama Foundation Yogyakarta

Bernadus Wibowo menyodorkan hasil penelitian Badan Intelijen Nasional 2017 yang mengungkapkan sekitar 39% mahasiswa telah terpapar paham radikalisme. Untuk DIY,  ia mengutip pernyataan Kapolda Brigjen Pol. Ahmad Dofiri bahwa kelompok radikal sudah menyusup ke lingkup SLTA.

Akhir-akhir ini,  arus informasi yang beredar pun sangat masif, cenderung liar, dan susah dikontrol. Pancasila dan agama terkadang dipolitisasi untuk mewujudkan kepentingan jangka pendek sehingga membuat keruh masyarakat.

Peran pendidikan

Sementara itu, menurut Yudi Latif.  di kampus-kampus ideologi Pancasila makin terpinggirkan.

“Dari berbagai survei yang dilakukan, ideologi Pancasila di kampus dan perguruan tinggi semakin terpinggirkan, digantikan ideologi lain bahkan radikalisme,” kata Yudi.

Menurutnya,  peran pendidikan dalam menyemaikan, menanamkan, dan mengembangkan Pancasila sangat penting. Pendidikan membangun kesadaran kritis, sehingga masyarakat sapat memilih dan memilah informasi yang benar maupun yang sesat. Pendidikan juga bisa menjadi pintu masuk untuk membawa nilai-nilai luhur membentuk insan yang beradab.

“Saat ini, Pancasila memerlukan penyegaran ulang agar lebih dikenal oleh generasi muda. Pancasila harus menjadi sebuah simpul yang diterima oleh seluruh masyarakat yang menghargai keberagaman,” lanjutnya.

Dalam keberagaman itulah, seperti disampaikan Kardinal Julius Darmaatmadja, ideologi Pancasila beserta nilai-nilainya menjadi titik temu bagi Gereja untuk berkomunikasi dengan umat beragama lain.

Ideologi Pancasila dan agama, menurut Yudi Latif, merupakan dua institusi yang berkontribusi dalam menentukan peradaban manusia. “Semua sila dalam Pancasila dipersatukan oleh cinta kasih. Semangat cinta kasih inilah yang oleh Bung Karno disebut dengan istilah gotong royong,” katanya. 

Peradaban kasih

Pancasila merupakan kesepakatan dasar bangsa Indonesia untuk hidup dalam satu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila merumuskan nilai-nilai dasar manusiawi sehingga dapat disebut sebagai pandangan hidup yang mendasari dan menjadi tujuan segala hukum dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Gereja Katolik dengan sepenuh hati menerima Pancasila, seperti tercermin dari Statuta Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

“Dalam terang iman Katolik,  Konferensi Waligereja Indonesia berasaskan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara” (Ps 3). Pancasila, baik sebagai keseluruhan maupun ditinjau sila demi sila, mencanangkan nilai-nilai dasar hidup manusiawi, sejalan dengan nilai yang dikemukakan oleh ajaran dan pandangan Gereja Katolik.”

“Dengan mengamalkan Pancasila, dalam kerangka hidup bermasyarakat, Gereja membangun peradaban kasih yang luhur dan manusiawi sesuai ajaran Tuhan. Peradaban kasih inilah yang mesti menjadi dasar negara Indonesia yang kuat,” tutur Kardinal Julius Darmaatmadja.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version