Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Pentingnya Hati Murni bagi Kehidupan

Pentingnya Hati Murni bagi Kehidupan

0
Ilustrasi: Motivasi. (Ist)

BANGSA yang beradab, bijaksana, dan berakal budi mempunyai hukum yang benar, kuat, dan tersusun rapi. Hukum demikian membantunya untuk mencapai kesejahteraan. Bangsa Israel memiliki hukum yang demikian (Ulangan 4:6-8). Mereka perlu menaatinya secara tepat dengan tetap berpegang pada sumber hukum sejati, yakni Tuhan.

Faktanya, mereka lebih menaati aturan dan adat-istiadat nenek moyang daripada melaksanakan kehendak Tuhan (Markus 7:7). Yesus mengkritiknya secara tajam, “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (Markus 7:8). Misalnya, mereka mengutamakan aturan-aturan lahiriah seperti mencuci tangan dan pelbagai perkakas (Markus 7:4).

Yesus mengajarkan cara melaksanakan hukum secara benar. Pertama, menaati hukum Allah lebih daripada menaati aturan-aturan buatan manusia. Kedua, memperhatikan kemurnian batin jauh lebih penting daripada membersihkan bagian luar dari tubuh manusia.

Dia menegaskan bahwa yang masuk ke dalam diri manusia tidak dapat menajiskannya, melainkan yang keluar dari seseorang (Markus 7:15). Semua itu timbul dari hati manusia yang berisi pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, perbuatan tidak senonoh, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan (Markus 7:21-22).

Yesus menekankan pentingnya memiliki hati yang murni. “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Matius 5:8). Dengan hati yang murni orang dapat mencintai Tuhan dan sesama.

Aturan orang Farisi dan para Ahli Taurat berlawanan dengan hukum dari Yesus. Ajaran mereka mengarah ke formalitas dan konformitas, sedang ajaran Yesus menekankan kemurnian dan otentisitas. Yang pertama cenderung membebani manusia (Lukas 11:46), sedang ajaran Yesus membebaskan manusia.

Dalam menghayati ajaran agama, masih banyak orang yang lebih menekankan hal-hal lahiriah seperti pakaian atau hiasan rumah ibadat, tetapi mereka mengabaikan hati suci yang bebas dari dosa. Mereka puas dengan pelbagai devosi dan saleh beragana tanpa peduli terhadap sesama manusia yang menderita dan lingkungan hidup yang makin rusak.

Hati yang murni menjadi sumber pikiran suci dan sikap peduli. Mereka yang memilikinya mengabdi Tuhan dan mencintai sesama serta ciptaan Tuhan dengan penuh kasih dan tulus hati.

Minggu, 1 September 2024
HWDSF

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version