TANGGAL 5-7 Mei 2023 ada sekitar 67 insan pendidik tingkat pimpinan lembaga pendidikan swasta mengikuti retret di Pusat Pastoral Wisma Samadi Klender, Jakarta.
Mereka mengikuti retret dengan tema “Habitudes” – sebuah tema perpaduan habits dan attitudes.
Retret didampingi oleh beberapa pendamping terlatih. Acara retret berjalan lancar, dan menarik. Mereka merasa disegarkan kembali secara rohani untuk bergerak lebih maju dalam pelayanan.
Undur sejenak dari keseharian
Retret dalam Kamus Merriam-Webster (2023) berarti periode waktu penarikan diri kelompok untuk berdoa, meditasi, belajar, atau mendengarkan instruksi yang disampaikan oleh pembimbing/pendamping rohani.
Dalam retret orang secara pribadi atau bersama diajak menarik diri dari rutinitas hidup keseharian.
Orang yang sedang retret dalam kesunyian (Latin: silentium) ketat melihat kembali peristiwa yang sudah, sedang, dan akan dilakukan.
Umumnya orang yang mengikuti retret datang dengan berbagai macam persoalan, dan alasan. Hal itu manusiawi, karena orang itu, menarik diri dari hiruk-pikuk keramaian dunia untuk sesaat.
Disposisi batin bagi orang yang mau mengikuti retret adalah kesiapan mental mengolah batin. Biasanya pembimbing memberikan pengantar latihan ringan untuk peserta sebelum masuk ke dalam retret.
Di Pusat Pastoral Wisma Samadi, pembimbing melatih peserta dengan membaca Mazmur 139:1-18 terlebih dahulu.
Peserta kemudian diminta keluar ruangan, untuk melakukan pendarasan, membaca pelan-pelan setiap ayat, mencecap-cecap, merenungkan dan berbagi pengalaman rohani atas ayat-ayat yang sudah dibaca.
Setelah dapat membaca, merenungkan, dan disyeringkan, barulah bahan-bahan retret secara bertahap dapat diberikan.
Pengurbanan dalam retret
Menurut St. Ignatius Loyola -dalam Anotasi Lima di buku Latihan Rohani – dibutuhkan jiwa besar, dan rela berkurban menjalani retret.
Dinamika rohani selama retret, dapat bermacam-macam bentuknya.
Tantangan terbesar dalam retret, biasanya godaan-godaan melarikan diri dari bahan-bahan bacaan yang direnungkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan penegasan rohani berupa pembedaan Roh untuk membedakan mana yang berasal dari Roh Baik, dan godaan Roh Jahat.
Dua cara berdoa: meditasi atau kontemplasi
Dalam permenungan biasanya orang menggunakan dua cara, yaitu melalui meditasi dan kontemplasi.
- Meditasi melibatkan bantuan tiga daya jiwa, berupa ingatan, akal budi, dan kehendak. Meditasi membantu orang dalam mengolah bahan/materi yang direnungkan.
- Sedangkan kontemplasi merupakan doa yang menggunakan segenap panca indera, masuk situasi imajinatif ke dalam bahan/materi doa.
Kontemplasi membantu orang masuk ke dalam peristiwa hidup dengan tujuan merasakan kesatuan hati, dan budi. Dengan kontemplasi, manusia merasa semakin mengenal pribadi yang ada di materi doa.
Dalam tradisi Kristiani, pusat kontemplasi mengarah pada Kristus, dengan segala peristiwa histori yang terdapat dalam Injil.
Dua warna atmosfir kebatinan: desolasi dan konsolasi
Dalam doa meditasi, atau kontemplasi biasanya ditemukan gerak batin yang dapat mengantar peserta retret pada keadaan padang gurun, kering, gelap (desolation); atau ceria, bersinar, sukacita mendalam (consolation).
Pembimbing rohani dalam situasi desolation dan/atau consolation akan mendampingi dan memberikan arah sederhana guna membantu peserta meraih kemajuan rohani yang diharapkan.
Retret terbuka
Retret di Wisma Samadi kali ini, pembimbing memberikan retret dengan cara sedikit berbeda (tidak dalam silentium ketat), yaitu metode terbuka. Artinya retret tidak hanya merenungkan teks kitab suci, tetapi juga ada dinamika kelompok, diskusi, dan syering.
Peserta retret pun diperkenankan menggunakan HP, dan boleh berbicara seperlunya. Mereka tidak dikekang dengan aturan. Mereka hanya diminta satu hal, yaitu disiplin diri dengan memperhatikan kejujuran, dan keterbukaan khususnya pada saat syering kelompok.
Pentingnya retret bagi praktisi pendidikan
Berdasarkan hasil refleksi, sebagian besar peserta mengafirmasi, bahwa retret yang dijalankan penting, dan berkesan bagi “modal” memperbaiki kualitas hidup rohani.
Dari retret tersebut mereka bertekad untuk memperbaiki kualitas diri, khususnya dalam pelayanan di karya pendidikan yang menjadi tanggungjawab mereka.
Sebagai catatan akhir, retret unsur pimpinan di lembaga pendidikan merupakan kegiatan rohani yang penting.
Retret digunakan untuk mengisi ulang dari sisi rohani guna meningkatkan kualitas mental dalam melaksanakan tugas-tugas pelayan di bidang pendidikan, entah sebagai pendidik, maupun tenaga kependidikan pada level pimpinan.
Bentuk retret dapat disesuaikan dengan kebutuhan, latar belakang peserta.
Karya pendidikan -yang memperhatikan dimensi pembinaan spiritualitas– perlu merancang kegiatan rutin tahunan; guna menyegarkan sisi rohani peserta.
Hidup rohani berkualitas pimpinan lembaga pendidikan akan berimbas pada kualitas pelayanan, terhadap para guru, dan murid.
Semoga dengan mengikuti retret secara rutin -paling tidak setahun sekali- unsur pimpinan lembaga mempunyai kesegaran mental rohani berkualitas.
Dengan demikian lembaga pendidikan yang dipimpin akan dapat merasakan suasana kondusif, karena dipimpin oleh pemimpin yang mau melayani, berintegritas tinggi, dan mempunyai spiritualitas rohani teruji.
Luar biasa. Terimakasih Romo Bei, merangkum semua permenungan dalam retret kemarin. pentingnya mengundurkan diri dari kegiatan keseharian untuk mengecas diri sehingga pelayanan dalam pendidikan semakin berkualitas.
Iya sangat bagus jika ada wkt luang bg diri, sejenak bermenung dan berefleksi. Wkt yg singkat itu bs berdampak besar. Hanya meditasi dan kontemplasi perlu diberi porsi yg cukup di lain wkt shg ada wkt pengendapan. Tks