SAMA seperti setiap perayaan ulang tahun pada umumnya, Kongregasi Suster PMY juga selalu ingin mengenang sejarah lahirnya Kongregasi.
Pada awal kisahnya, berdirinya Kongregasi PMY ini dilatarbelakangi kemiskinan dan keprihatinan lantaran dampak perang.
Jadi, pesta peringatan harijadi Kongregasi ini dirayakan sekaligus juga untuk mengenang Bapak Pendiri Kongregasi Suster PMY: Pastor Jacobus Antonius Heeren.
Pastor Heeren sejatinya adalah anak keluarga kaya raya. Namun, ia tertarik ingin menjadi imam lantaran telah tersentuh ‘hati’ nya ketika menyaksikan fakta kemiskinan terjadi di depan mata.
Maka, Heeren muda pun lalu bergerak mau ikut serta bertindak dan mencoba ingin bisa mengatasinya.
Sikon dan tantangan sudah beda
Menafsirkan ‘kemiskinan’ pada zaman ini tentunya berbeda dengan saat berdirinya Kongregasi PMY 201 tahun lalu. Dan yang terpenting setiap harijadi Kongregasi, para Suster PMY bisa kembali me-refresh spritualitas Kongregasi PMY.
Melalui rapat-rapat internal para pimpinan komunitas. Juga dengan program retret tiga hari tridium bagi para pestawati yang menjadi Postulan, Novis, Suster Prasetya Pertama, pembaharuan prasetya, dan peringatan prasetya.
Demikian penjelasan Sr. Antonie PMY yang saat ini menjabat Superior General PMY menjawab pertanyaan penulis tentang mencari makna di balik acara pesta harijadi Kongregasi.
Menjaga api kasih
Tahun 2021 ini, pesta harijadi Kongregasi mengambil tema “Menjaga Api Kasih”.
Tujuannya, agar api kasih ini tetap menyala. Juga masih melanjutkan tema perayaan tahun lalu yakni “Menerima Api Kasih untuk Menyambut 200 Tahun Berdirinya PMY”.
Juga sebagai pertanda bahwa Kongregasi Pusat di Negeri Belanda telah berhasil menjalani estafet tongkat kepemimpinan dan obor kasihnya di Indonesia.
Biara Induk Kongregasi di Wonosobo
Beberapa hari sebelum perayaan pesta kongregasi, Biara Induk Suster PMY di Wonosobo sudah tampak sibuk. Para suster dibantu dengan karyawan menyiapkan kapel, pernak-pernik perayaan dan memasak.
Pagi tanggal 7 Juli 2021, usai ibadat pagi, para Suster PMY melakukan ziarah ke makam para suster pendahulu. Lokasi makam itu ada di dalam kompleks Biara Induk.
Setelah ziarah di makam para pendahulu, acara dilanjutkan dengan misa syukur oleh Romo Emanuel Yeppy Pr.
Perayaan Ekaristi Syukur ini dihadiri oleh para suster Piko (Pimpinan Komunitas) dan Bendahara Komunitas. Kebetulan, besok paginya tanggal 8 Juli ada pertemuan di Wonosobo.
Tamu dari luar hanya romo dari Paroki St. Paulus Wonosobo.
Setelah Perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama di ruang makan Komunitas Heeren Wonosobo. Diawali potong tumpeng oleh Sr. Iendrawati, PMY yang hari itu merayakan prasetya emas hidup membiaranya.
Sore harinya, mulai pukul 16.30, acara kebersamaan di ruang rekreasi Komunitas Heeren Wonosobo berlangsung. Kali ini, untuk merayakan HUT Kongregasi dan menyambut pestawati.
Setelah ibadat sore di kapel dilanjutkan makan malam bersama.
Sr. Theresianne, PMY dan Sr. Crescentiana, PMY di Den Bosch Belanda
Seperti halnya di Indonesia, tradisi perayaan Kongregasi juga diawali dengan ziarah ke makam para pendahulu. Ini dipraktikkan oleh Sr. Theresianne PMY dan Sr. Crescentiana PMY di Negeri Belanda.
Dilakukan bersama dengan para Suster DMJ. Terjadi sehari sebelumnya tanggal 6 Juli.
Lokasi pemakaman Suster DMJ berada Sint Jozefoord, di pinggiran Kota Den Bosch. Bisa ditempuh dengan bermobil kurang lebih 20 menit.
Tanggal 7 Juli 2021, pukul 10.00 pagi, perayaan misa HUT Kongregasi dilakukan di kapel biara induk. Hanya untuk kalangan intern saja.
Misa hari itu, juga memperingati Pesta Bunda Maria Termanis dari Den Bosch dipimpin oleh Pastor Philipus OFMCap yang pernah bermisi di Indonesia.
Setelah misa, acara dilanjutkan dengan minum kopi bersama ditemani makan gebak sejenis kue tart berlapis dipotong kecil yang hanya bisa dinikmati pada saat perayaan saja.
Kemudian acara dilanjutkan dengan menonton film Sejarah Kongregasi PMY Indonesia.
Pemutaran film ini untuk kedua kalinya dilakukan. Guna memperingati tutup tahun HUT PMY yang ke-200 sekaligus menyongsong HUT PMY yang ke 201.
Film tersebut membuat para Suster DMJ yang sudah sepuh sangat gembira. Karena karya misi mereka di Indonesia tumbuh berkembang.
Juga karena sudah ada sejumlah suster muda yang akan melanjutkan karya tersebut. Serta semangat bermisi yang masih tetap dihidupi oleh generasi muda seperti para Suster PMY Indonesia yang kini malah sudah bisa berkarya di Negeri Belanda.
Rangkaian perayaan diakhiri dengan makan siang bersama di halaman biara.
Saat ini, Sr. Theresianne PMY bertugas sebagai ekonom dan berpastoral pendampingan kaum migran dan tuna wisma.
Sementara, Sr. Crescentiana PMY sedang live in di Sekolah Talent, sekolah dasar khusus anak tuli milik Yayasan Kentalis. Berlokasi di sebuah kota kecil yang bernama Vught, berjarak 7 km dari Den Bosch.
Sr. Ignatia PMY dan Sr. Stefanie PMY di Timor Leste
Pesta Kongregasi Suster PMY di Timor Leste tahun ini juga berlangsung bersamaan dengan peringatan merayakan sewindu karya sekolah berasrama untuk anak tuli di Desa Buruma, Kota Baucau.
Kaya ini dimulai tahun 2013. Sehari sebelumnya, persiapan akhir untuk perayaan telah diselesaikan oleh Sr. Ignatia PMY dan Sr. Stefanie PMY. Juga dibantu para guru dan karyawan. Anak-anak asrama juga turut membantu.
Meski masih dalam situasi pandemi Covid-19, kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung.
Dinas pendidikan setempat tetap mengizinkan kegiatan tersebut. Itu karena letak Asrama Sao Jose dan Sekolah St. Marie ada di dalam satu lokasi.
Acara diawali dengan misa bersama. Dihadiri umat sekitar komunitas di Buruma, para Suster Ursulin, para guru, karyawan dan anak-anak asrama. Misa dimulai pukul 10.00 waktu setempat dan dipimpin oleh Romo Agnelo, SDB.
Selesai misa, dilanjutkan dengan pertunjukan dansa oleh anak-anak tuli dari Sekolah St. Marie.
Ada dua macam dansa yang mereka tampilkan. Yaitu dansa kultura dan titiric.
Romo Agnelo SDB, para Suster Ursulin, dan umat yang hadir sangat senang dan kagum dengan pertunjukan dansa tersebut. Mereka yang tidak mampu mendengar, namun mampu menampilkan dansa dengan bagus sambil diiringi musik.
Kemudian acara dilanjutkan dengan makan siang sederhana dan ramah tamah bersama para undangan.
Sr. Anastasia PMY di Manila
Tahun ini menjadi tahun kedua bagi Sr. Anastasia PMY merayakan pesta Kongregasi seorang diri dan jauh dari para saudari PMY yang lain.
Selain masih sedang tugas belajar untuk program Master of Science in Computational Finance di De La Salle University Manila Filipina, kesendirian dialami karena terjadi pandemi Covid-19.
Merayakan pesta harijadi Kongregasi tahun ini, maka dilakukan doa intensi pada misa harian. Biasanya, misa ini dia ikuti di Biara Benedictin dekat tempat kostnya.
“Setelah misa, saya mendapat kado istimewa yakni vaksin pertama,” kata Sr. Anastasia PMY setengah bercanda ketika dihubungi lewat sambungan telpon oleh penulis.
Tahun lalu dan lantaran covid-19, maka juga tidak memungkinkan baginya bisa mudik pulang ke Indonesia. Padahal, tahun lalu, dia genap merayakan pesta perak 25 tahun hidup membiara.
Tetapi, walau sendirian di Mania, Sr. Anastasia PMY mengaku malah tetap bisa merayakannya dengan sukacita dan haru.
Yang awalnya hanya ingin menyampaikan intensi pada misa harian di gereja, namun kabar pesta peraknya terdengar oleh para Frater SDB yang berasal dari Indonesia dan Timor Leste.
Para Frater SDB tersebut bersama dua awam dari Indonesia merayakan pesta peraknya dengan misa syukur yang dipimpin oleh Romo Rano CSsR di Kapel Seminari Salesian Don Bosco Manila.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan bagi Sr. Anastasia, PMY yang juga pernah bermisi di Timor Leste.
Walaupun sendiri tapi tidak merasa sendirian dan banyak yang membantu.
Narasumber artikel ini adalah:
- Sr. Antonie PMY dan Sr. Agnes PMY di Wonosobo, Jateng.
- Sr. Theresianne PMY di Den Bosch, Negeri Belanda.
- Sr. Stefanie PMY di Baucau, Timor Leste.
- Sr. Anastasia PMY di Manila, Filipina.