Home BERITA Perayaan Syukur Tahbisan Imamat ke-6 RP Medardus Eko Setiawan OSC

Perayaan Syukur Tahbisan Imamat ke-6 RP Medardus Eko Setiawan OSC

0

BERSAMAAN dengan perayaan mengenang 8 tahun meninggalnya Ayahanda RP Medardus Eko Budi Setiawan OSC, Yohanes Parti, diadakan juga misa syukur atas tahbisan imamat yang ke-6 di kediaman keluarga almarhum, keluarga Romo Eko Budi Setiawan OSC di Desa Kronggahan Rt 10, Rw 5, Sleman, Yogyakarta, Selasa (6/6/2017).

Hadir dalam acara syukuran ini, Pastor Paroki Mlati Sleman-Yogyakarta, Romo P.Kardi Pr, Suster Vero CB yang dulu pernah bertugas bersama di Paroki Kawaci Bandung, Orang Muda Katolik (dulu disebut Mudika) angkatan 1993, alumni Akademi Keperawatan RS Panti Rapih angkatan 2, dan umat lingkungan St. Markus-Depok, wilayah St. Aloysius Kronggahan serta para tamu undangan.

Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah (Mrk 12:13-17) merupakan tema bacaan yang diambil dalam acara perayaan syukuran tabisan imamat ini.

“Bersyukurlah kita bisa duduk bersama dalam perayaan ekaristi ini. Untuk merenungkan perjalanan hidup kita yang penuh dengan kebijaksanaan dengan cara mengenang, mencintai, merawat, dan melaksanakannya,” Kata Rm. Medardus Eko Budi Setiawan dalam homilinya.

Menurut Romo Budi yang sekarang bertugas di Keuskupan Agats, Papua, Tuhan itu pengasih dan penyayang. Hati orang jujur dan teguh, penuh dengan kepercayaan kepada Tuhan tidak takut kepada kabar buruk. “Karena itu, ia dapat mengalahkan para lawannya,”tambahnya.

Dalam satu sesi berbagi pengalaman, Tejo, Rektor Akper Panti Rapih yang dulu dosen Rm. Medardus Eko Budi Setiawan mengatakan, mengenal Romo Budi sebagai Budi Lele. Beberapa tahun paska lulus dari Akper Panti Rapih, kata Tejo, Romo menghilang cukup lama dan tiada kabar.

“Hingga akhirnya kembali beberapa waktu lalu dengan pakian rapi dan tas gantung kecil, menghampiri kami di Panti Rapih. Dan secara spontan saya katakan kamu seperti romo saja,”kata Pak Tejo saat sharing di hadapan umat yang hadir dalam acara syukuran.

Tapi memang saat itu, Budi sudah menjadi Romo. Tejo mengungkapkan kebanggaannya. Karena Budi merupakan salah satu mahasiswanya. “Jujur, saya sangat meragukannya tetapi ternyata bisa juga menjadi romo. Ini hal sangat luar biasa,”tandasnya mengakiri cerita singkatnya.

Misa syukur ini berlangsung dengan penuh hikmat dan meriah. Kelompok gamelan dan ibu-ibu pengrawit (pemain gamelan) dari Paroki Mlati ikut mengiringi acara. Usai acara dilanjutkan resepsi dan ramah tamah bersama.

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version