Home BERITA Percaya Saja

Percaya Saja

0
Ilustrasi: Percaya saja saat dilamar mau diajak menikah. (Ist)

Renungan Harian
Minggu, 19 Desember 2021
Minggu Adven IV

  • Bacaan I: Mi. 5: 1-4a
  • Bacaan II: Ibr. 10: 5-10
  • Injil: Luk. 1: 39-45

“ROMO, saat dilamar untuk menikah, saya sesungguhnya amat takut.

Saya memang sudah kenal dengan pria yang melamar. Saya  tahu dia orang yang baik, tetapi pada saat itu kami belum berpacaran dan belum ada rasa cinta dalam diri saya kepadanya.

Belum lagi saat lamaran itu dengan terus terang dia mengatakan kalau menerima lamarannya berarti setelah menikah langsung dibawa ke Papua, karena suami ikut Program Guru Trikora.

Waktu itu, saya diberi waktu beberapa hari untuk berpikir. Saya pada waktu itu mengatakan kepada ibu saya, bahwa saya menolak untuk dinikahkan.

Bukan karena saya tidak suka dengan pria itu, tetapi saya butuh waktu untuk mengenal dia dan menumbuhkan rasa cinta padanya. Dan lagi saya tidak terbayang untuk dibawa ke Papua.

Nduk, (panggilan anak perempuan Jawa) ibumu ini waktu menikah bukan hanya tidak kenal dengan bapakmu, tetapi baru sekali melihat wajah bapakmu waktu mau menikah.

Memang sudah dijelaskan tentang siapa bapakmu, tetapi ibu sama sekali belum pernah bertemu.

Waktu itu ibu hanya bisa nurut dengan mbahmu. Waktu itu mbahmu menasihati ibu, bahwa cinta itu akan datang dengan sendirinya, yang penting sebagai perempuan mau mengabdi.

Mengabdi pada suami dan keluarga. Soal yang lain-lain pasti akan dilengkapi, karena yang Kuasa tidak pernah tidur. Maka ya nduk, ibu juga mengulang pesan simbahmu, “wis percoyo wae” (sudah percaya saja) jangan banyak mikir.

Yang penting hati mantep dan ikhlas untuk menjalani; mau dan berani diajak susah maupun senang. “Gusti orang sare nduk. Gusti mesti paring dalan lan pepadhang” (Tuhan tidak tidur nak, Tuhan pasti memberi jalan dan terang).

Romo, setelah menikah saya langsung diajak ke Papua. Saya tidak tahu harus berbuat apa; dengan suami canggung, pergi ke tempat seperti apa saya tidak tahu.

Saya hanya berpegang pesan ibu kalau Gusti orang sare.
 
Selama perjalanan hidup berkeluarga di Papua, amat tidak mudah. Awal-awal dengan suami sering cekcok salah paham yang membuat saya ingin pulang.

Sering saya bertanya betulkah Gusti ora sare?

Hidup di lingkungan baru yang tidak mudah juga membuat saya stres dan ingin lari. Ujung-ujungnya saya selalu bertanya betulkah Gusti orang sare?

Betulkah Gusti pasti memberi jalan dan terang?

Kalau benar kenapa semua menjadi sulit dan terasa gelap, padahal tidak kurang saya berdoa. Tetapi setiap kali begitu, kata-kata ibu “percaya saja” membuat saya berjuang untuk percaya.

Saat itu saya juga tidak tahu persis sampai kapan saya harus percaya, dan akan menjadi seperti apa.
 
Ternyata benar, jalan dan terang itu mulai kelihatan, dan semakin lama semakin jelas. Gusti sungguh ora sare, asal kita percaya. Hanya untuk membangun percaya itu sulit, karena rasanya lama dan tidak segera ada tanda-tanda yang nampak,” seorang ibu bercerita pergulatannya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas:

“Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version